Tautan-tautan Akses

AS ‘Khawatir’ Akan Peluncuran Wahana Ruang Angkasa Iran, Meski Mendukung Perundingan


Roket pembawa satelit Iran 'Simorgh' terlihat di sebuah lokasi yang tidak diketahui di Iran, dalam foto yang dirilis pada 30 Desember 2021. (Foto: Ministry of Defense of Iran/WANA Handout via Reuters)
Roket pembawa satelit Iran 'Simorgh' terlihat di sebuah lokasi yang tidak diketahui di Iran, dalam foto yang dirilis pada 30 Desember 2021. (Foto: Ministry of Defense of Iran/WANA Handout via Reuters)

Amerika Serikat (AS) pada Kamis (30/12) menyuarakan kekhawatirannya tentang peluncuran wahana ruang angkasa baru Iran, dengan mengatakan hal itu akan membantu program rudal Iran. Meski demikian, AS mengindikasikan masih mengupayakan langkah diplomasi untuk kembali ke kesepakatan nuklir.

"Amerika Serikat tetap khawatir dengan perkembangan peluncuran wahana ruang angkasa Iran, yang memicu kekhawatiran yang signifikan tentang upaya proliferasi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, setelah Iran mengumumkan telah mengirim tiga unit kargo penelitian ke luar angkasa.

Wahana-wahana ruang angkasa itu "menggabungkan teknologi yang hampir identik dengan – dan dapat dipertukarkan dengan – wahana yang digunakan dalam rudal balistik, termasuk sistem jarak jauh," ungkapnya.

Juru bicara itu berpendapat bahwa peluncuran wahana ruang angkasa Iran juga melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231, yang menyetujui kesepakatan nuklir 2015 dan meminta Iran untuk tidak melakukan pengembangan rudal balistik yang berpotensi membawa hulu ledak nuklir.

Mantan presiden AS Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan tiga tahun kemudian dan memberlakukan sanksi besar-besaran.

Sementara itu, Presiden Joe Biden mendukung kembalinya perundingan, di mana negosiator AS Rob Malley kembali ke Wina, Austria, untuk menghadiri negosiasi yang ditengahi Eropa untuk menghidupkan kembali apa yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

"Program nuklir Iran secara efektif dibatasi oleh JCPOA," kata juru bicara itu.

“Pemerintahan sebelumnya membebaskan mereka dari kendala itu, membuat semua kekhawatiran lain yang kami miliki tentang kebijakan Iran, termasuk program rudal balistik provokatif mereka, tetap semakin berbahaya.

“Itulah sebabnya kami mengusahakan kembalinya kedua pihak ke dalam kesepakatan untuk sama-sama sepenuhnya mematuhi kesepakatan.”

Pemerintahan Biden kecewa dengan jalannya pembicaraan, di mana Iran, di sisi lain, memilih presiden garis keras baru dan menuntut pencabutan sanksi di luar tawaran Washington.

Sejak munculnya ketegangan dengan Iran di bawah pemerintahan Trump, para analis mengatakan Teheran telah membuat kemajuan besar dalam program misilnya, seperti yang ditunjukkan pada serangan udara tahun 2020 terhadap sebuah pangkalan di Irak yang digunakan oleh pasukan AS. [rd/jm]

XS
SM
MD
LG