Pemerintahan Presiden Donald Trump telah menyetujui penjualan pesawat penyerang berteknologi tinggi beserta peralatannya senilai $600 juta kepada Nigeria ditengah kekhawatiran mengenai pelanggaran hak-hak asasi manusia.
Pentagon dalam pernyataannya hari Kamis (3/8) bahwa penjualan tersebut sudah mendapatkan persetujuan dari Departemen Luar Negeri dan sudah mengirimkan pemberitahuan kepada Kongres. Kongres memiliki 30 hari untuk memberi persetujuan terhadap penjualan tersebut.
Perjanjian penjualan tersebut termasuk 12 pesawat tempur A-29 Super Tucano yang digambarkan sebagai pesawat penyerang ringan.
Badan Kerjasama Pertahanan dan Keamanan AS mengatakan pesawat tersebut akan mendukung operasi militer Nigeria untuk menumpas Boko Haram dan para teroris Negara Islam serta memonitor perdagangan ilegal obat-obatan, senjata dan manusia.
``Nigeria adalah mitra penting dalam mencapai tujuan keamanan nasional AS untuk mengalahkan ISIS termasuk para pengikutnya di Afrika. Penjualan ini adalah bagian dari komitmen Amerika untuk membantu Nigeria dan negara-negara di Lembah Danau Chad dalam peperangan ini,’’ kata badan tersebut dalam pernyataannya dengan menggunakan akronim untuk menyebut kelompok Negara Islam.
Dalam hari-hari terakhir pemerintahannya, Presiden Barack Obama menghentikan penjualan ke Nigeria setelah sebuah pesawat jet Nigeria membom kamp pengungsi dekat perbatasan Kamerun dan membunuh 230 warga sipil yang melarikan diri dari kejaran pasukan Boko Haram.
Presiden Donald Trump berbicara melalui telepon dengan Presiden Nigeria Muhammadu Buharia beberapa minggu kemudian dan mengatakan ia mendukung penjualan pesawat-pesawat penyerang tersebut untuk membantu Nigeria memerangi teroris.
Namun, para pejabat Amerika juga mengatakan bahwa pemerintah tetap melakukan tekanan terhadap Nigeria untuk memperbaiki kinerja hak-hak asasi manusia.(fw)