Wakil Menteri Luar Negeri Amerika John Sullivan mengatakan tidak ada perubahan dalam kebijakan Amerika terkait Afghanistan setelah hari Senin (29/1) Presiden Donald Trump mengesampingkan kemungkinan berunding dengan Taliban. Dikatakan, Trump menanggapi kenaikan tajam serangan Taliban dan teroris lain terhadap warga sipil.
Beberapa hari setelah Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan yang menelan korban jiwa warga sipil, Presiden Donald Trump hari Senin mengatakan Amerika tidak ingin berunding dengan kelompok pemberontak itu.
“Orang tak bersalah dibunuh di mana-mana. Pemboman di tengah-tengah anak-anak, di tengah-tengah keluarga. Pemboman, pembunuhan, di seluruh Afghanistan. Karena itu, Amerika tidak ingin berunding dengan Taliban," tandas Trump.
Sehari kemudian di Kabul, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika John Sullivan menegaskan kepada pemerintah Afghanistan mengenai komitmen berkelanjutan Amerika untuk Afghanistan.
"Presiden tidak mengumumkan perubahan kebijakan, karena kebijakan Amerika berbasis kondisi. Presiden hanya menanggapi serangan-serangan terorisme keji yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Kebijakan dan dukungan Amerika untuk mitra-mitra di Afghanistan akan terus berlanjut sampai Taliban bersedia merundingkan penyelesaian damai. Kebijakan itu masih berlaku," ujar Sullivan.
Juru bicara Presiden Afghanistan Ashran Ghani, Hussain Murtazawi mengatakan kepada VOA bahwa pemerintah Afghanistan sekarang terpaksa harus menanggapi serangan-serangan itu di medan tempur, bukan di meja perundingan.
“Serangan-serangan yang dilakukan belum lama ini oleh Taliban di Kabul dan provinsi-provinsi lain telah melanggar garis merah. Pemerintah Afghanistan, atas permintaan rakyat, cendekiawan keagamaan, dan politisi, merasa wajib menggunakan semua cara dan kemungkinan untuk menghadapi teroris," kata Murtazawi.
Juru bicara Taliban hari Selasa (30/1) menuduh Amerika ingin memperpanjang pendudukannya atas Afghanistan dan bahwa Trump dan para pendukungnya yang suka perang akan mendapatkan reaksi serupa, bukan "bunga mawar" dari Taliban. [ds]