Selama hari terakhir KTT kunci ASEAN di Phnom Penh, para juru runding kesulitan untuk mencapai konsensus tentang cara menangani perselisihan itu dengan Tiongkok.
Perselisihan maritim itu telah menjadi semakin memanas dalam setahun ini. Tiongkok mengklaim kepemilikan sebagian besar Laut Cina Selatan, bersama dengan empat negara ASEAN, termasuk Filipina.
Pada hari Rabu, ketua ASEAN, Kamboja, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa kesepuluh negara anggota telah sepakat untuk "menggencarkan upaya" untuk menyetujui Code of Conduct (COC), mengenai sengketa tersebut.
Pertanyaan yang ingin dijawab para pemimpin ASEAN minggu ini, adalah apakah Tiongkok akan dilibatkan dalam diskusi-diskusi tersebut, sebelum ASEAN mencapai konsensus.
Albert Del Rosario, sekretaris luar negeri Filipina, mengatakan: "Ini harus diselesaikan secara damai sesuai dengan peraturan yang sudah ada dan unsur baru itu yang telah kita buat yaitu rancangan COC tersebut, dimasukkannya unsur-unsur utama yang seharusnya dibuat oleh ASEAN secara internal sebelum mengundang Tiongkok."
Pejabat-pejabat ASEAN mengatakan, janji yang dibuat hari Rabu untuk mempercepat proses tersebut merupakan upaya untuk mencapai konsensus sesegera mungkin. Tapi pertemuan yang dijadualkan berikutnya mengenai isu antara Tiongkok dan ASEAN tinggal beberapa bulan lagi. Pada hari Rabu, para pemimpin ASEAN lainnya mengatakan adalah penting untuk menyiapkan sikap bersama dalam setiap perundingan regional, tetapi mereka juga membiarkan pintu terbuka untuk keterlibatan Tiongkok.
Marty Natalegawa, menteri luar negeri Indonesia dan mantan ketua ASEAN, mengatakan, "Ini tidak selalu merupakan proses yang berurutan secara rapi. Tentu saja, ASEAN, diatas segala-galanya, harus memiliki sikap terpadu yang kokoh. Tetapi pada saat bersamaan selagi kita meneruskan proses ini, akan ada komunikasi langsung melalui kerangka ASEAN- Tiongkok, sehingga apa pun sikap terakhir yang dikemukakan, ASEAN akan memperoleh manfaat dari adanya komunikasi dengan Tiongkok."
Sepuluh tahun sudah berlalu sejak pertama kali anggota ASEAN sepakat pada prinsipnya untuk mencapai konsensus mengenai Laut Cina Selatan. Namun negara-negara anggota masih gagal dalam mengupayakan pendekatan bersama untuk mengatur negosiasi dengan Tiongkok. Isu ini telah memanas dalam setahun ini, terutama dengan adanya konfrontasi maritim antara Tiongkok dan Filipina.
Meskipun mereka gagal lagi mencapai konsensus, Natalegawa mengatakan diskusi minggu ini adalah suatu langkah positif. Ia mengatakan, "Gambaran besarnya jangan sampai hilang ... sekarang kita menghadapi situasi di mana pada dasarnya semua buru-buru untuk memberlakukan COC itu, yang sebelumnya tidak demikian. Sekarang kita lihat Tiongkok ingin ikut dan ASEAN ingin merampungkan COC sesegera mungkin. Ini semua dinamika yang baik."
KTT ASEAN selanjutnya dijadualkan bulan November, yang juga akan berlangsung di Kamboja.
Perselisihan maritim itu telah menjadi semakin memanas dalam setahun ini. Tiongkok mengklaim kepemilikan sebagian besar Laut Cina Selatan, bersama dengan empat negara ASEAN, termasuk Filipina.
Pada hari Rabu, ketua ASEAN, Kamboja, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa kesepuluh negara anggota telah sepakat untuk "menggencarkan upaya" untuk menyetujui Code of Conduct (COC), mengenai sengketa tersebut.
Pertanyaan yang ingin dijawab para pemimpin ASEAN minggu ini, adalah apakah Tiongkok akan dilibatkan dalam diskusi-diskusi tersebut, sebelum ASEAN mencapai konsensus.
Albert Del Rosario, sekretaris luar negeri Filipina, mengatakan: "Ini harus diselesaikan secara damai sesuai dengan peraturan yang sudah ada dan unsur baru itu yang telah kita buat yaitu rancangan COC tersebut, dimasukkannya unsur-unsur utama yang seharusnya dibuat oleh ASEAN secara internal sebelum mengundang Tiongkok."
Pejabat-pejabat ASEAN mengatakan, janji yang dibuat hari Rabu untuk mempercepat proses tersebut merupakan upaya untuk mencapai konsensus sesegera mungkin. Tapi pertemuan yang dijadualkan berikutnya mengenai isu antara Tiongkok dan ASEAN tinggal beberapa bulan lagi. Pada hari Rabu, para pemimpin ASEAN lainnya mengatakan adalah penting untuk menyiapkan sikap bersama dalam setiap perundingan regional, tetapi mereka juga membiarkan pintu terbuka untuk keterlibatan Tiongkok.
Marty Natalegawa, menteri luar negeri Indonesia dan mantan ketua ASEAN, mengatakan, "Ini tidak selalu merupakan proses yang berurutan secara rapi. Tentu saja, ASEAN, diatas segala-galanya, harus memiliki sikap terpadu yang kokoh. Tetapi pada saat bersamaan selagi kita meneruskan proses ini, akan ada komunikasi langsung melalui kerangka ASEAN- Tiongkok, sehingga apa pun sikap terakhir yang dikemukakan, ASEAN akan memperoleh manfaat dari adanya komunikasi dengan Tiongkok."
Sepuluh tahun sudah berlalu sejak pertama kali anggota ASEAN sepakat pada prinsipnya untuk mencapai konsensus mengenai Laut Cina Selatan. Namun negara-negara anggota masih gagal dalam mengupayakan pendekatan bersama untuk mengatur negosiasi dengan Tiongkok. Isu ini telah memanas dalam setahun ini, terutama dengan adanya konfrontasi maritim antara Tiongkok dan Filipina.
Meskipun mereka gagal lagi mencapai konsensus, Natalegawa mengatakan diskusi minggu ini adalah suatu langkah positif. Ia mengatakan, "Gambaran besarnya jangan sampai hilang ... sekarang kita menghadapi situasi di mana pada dasarnya semua buru-buru untuk memberlakukan COC itu, yang sebelumnya tidak demikian. Sekarang kita lihat Tiongkok ingin ikut dan ASEAN ingin merampungkan COC sesegera mungkin. Ini semua dinamika yang baik."
KTT ASEAN selanjutnya dijadualkan bulan November, yang juga akan berlangsung di Kamboja.