Pengadilan tertinggi Austria, Jumat (1/7) memutuskan untuk membatalkan hasil pemilihan presiden Mei lalu menyusul gugatan hukum dari partai ekstrem kanan yang kandidatnya, Norbert Hofer, kalah tipis.
"Gugatan yang diajukan oleh pemimpin Partai Kebebasan Heinz-Christian Strache terhadap pemilu 22 Mei ... telah disetujui," kata Gerhard Holzinger, kepala Mahkamah Konstitusi Austria.
Partai Kebebasan memprotes pemungutan suara itu karena penyimpangan dalam penghitungan kartu suara yang tidak dicoblos secara langsung di TPS.
Pengadilan telah menyerukan agar pemilu diulang pada bulan September atau Oktober, yang bisa memungkinkan partai ekstrem kanan memimpin negara Uni Eropa untuk pertama kalinya.
Kandidat Partai Kebebasan memenangkan pemilihan putaran pertama pada bulan April dan unggul dalam beberapa jajak pendapat sebelum dikalahkan kandidat Partai Hijau, Alexander van der Bellen, dalam pemilihan putaran kedua hanya dengan 30.000 suara.
Keputusan Jumat ini menghentikan rencana pelantikan Van der Bellen pada 8 Juli. Presiden saat ini, Heinz Fischer, akan mengundurkan diri seperti yang direncanakan dan untuk sementara akan digantikan oleh tiga pejabat parlemen - salah satunya adalah Hofer [as/uh].
Pengadilan telah menyerukan agar pemilu diulang pada bulan September atau Oktober, yang bisa memungkinkan partai ekstrem kanan memimpin negara Uni Eropa untuk pertama kalinya.
Terkait
Paling Populer
1