Meminta bantuan orang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari adalah sesuatu yang mungkin tidak ingin dilakukan oleh kebanyakan orang.
Namun menghadapi biaya hidup yang meningkat dan masa yang tidak menentu, semakin banyak penduduk Australia Barat yang terpaksa melakukannya.
Asosiasi Masyarakat St Vincent de Paul, biasa disebut badan amal Vinnies, mengetahui pasti fakta ini. Terbiasa memberikan dukungan dan bantuan khusus kepada mereka yang membutuhkan, badan amal itu kini mengaku kewalahan menanggapi meningkatnya permintaan.
CEO Vinnies, Susan Rooney, mengatakan,“Kami tidak dapat membantu. Kadang-kadang kami terpaksa mengatakan, 'kami tidak dapat membantu Anda karena kami tidak memiliki sumber daya'.”
Pada bulan Oktober lalu saja, badan amal di Australia Barat ini menerima hampir 60 persen lebih banyak permintaan bantuan dibandingkan dengan waktu yang sama tahun sebelumnya.
Persoalan serupa juga dialami badan-badan amal lain, termasuk yang berukuran besar seperti The Salvation Army (Bala Keselamatan). Badan amal ini mengaku tidak dapat memenuhi sekitar 20 persen permintaan yang datang ke mereka, sementara permintaan yang datang meningkat sebesar 40 persen.
Warren Palmer, juru bicara The Salvation Army, mengungkapkan, di satu sisi, mereka harus menghadapi banyak orang yang membutuhkan bantuan, dan di sisi lain, dana dan sumber daya mereka tidak mencukupi seperti dulu.
“Nilai satu dolar yang kami berikan, dari dukungan kami tiga tahun lalu, tidak setara dengan nilainya saat ini. Nilainya jauh lebih rendah sehingga yang harus terjadi adalah kami mengeluarkan lebih banyak dana untuk memberi bantuan yang nilainya sama dengan yang kami berikan tiga tahun lalu,” sebutnya.
Tanya Browns, sering menerima bantuan dari Vinnies, dan merasa begitu terpukul ketika tidak mendapat bantuan. “Saya bersedia menerima bantuan apa pun, tetapi yang saya benar-benar butuhkan saat ini adalah makanan, dan agar saya dapat menyekolahkan putra saya. Dulu saya sering mendapat bantuan berupa voucher belanja,” jelas Tanya. [ab/uh]
Forum