Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi, Antonio Guterres membuka konferensi tahunan pengungsi dengan meminta bantuan keuangan lebih banyak guna menangani segudang krisis pengungsi dunia.
Video yang menunjukkan orang-orang yang melarikan diri dari konflik dan penganiayaan memberikan gambaran keputus-asaan puluhan ribu wajah pengungsi yang putus asa terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka.
Ketika Antonio Guterres menjabat tugas sebagai Komisaris Tinggi untuk pengungsi pada tahun 2005, terdapat 38 juta pengungsi di seluruh dunia. Kini, sepuluh tahun kemudian, terdapat lebih dari 60 juta pengungsi, pencari suaka dan pengungsi dalam negeri.
Dalam lima tahun terakhir, Badan Pengungsi PBB atau UNHCR melaporkan, 15 konflik baru di Timur Tengah, Afrika, Asia dan di tempat-tempat lain telah berkobar lagi. Jumlah orang yang mengungsi akibat konflik diperkirakan hampir empat kali lipat.
Guterres mengatakan, lebih rumit lagi bagi dunia untuk mengabaikan nasib buruk para pengungsi, karena perang saudara Suriah yang telah berlangsung lima tahun mendorong arus pengungsi ke Eropa, merupakan memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia kedua.
Ia membandingkan keengganan Eropa menangani krisis pengungsi sekarang dengan cepatnya negara-negara Eropa itu menanggapi dan membantu 200.000 pengungsi HOngaria yang melarikan diri ke Austria dan Yugoslavia pada tahun 1956.
“Ketika itu Eropa sedang berusaha pulih dari perang yang terburuk dalam sejarah. Jadi kalau dulu hal itu bisa dilakukan, mengapa sekarang tidak? Lebih dari setengah juta orang tiba di pantai-pantai Eropa sejak bulan Januari. Di benua yang dihuni lebih dari 500 juta orang, 5.000 orang yang datang tiap hari adalah jumlah yang sangat besar. Tetapi itu bukanlah sesuatu yang tidak bisa ditangani, asal saja dilakukan dengan baik,” kata Guterres.
Guterres mencatat, krisis pengungsi Eropa ini adalah salah satu di antara banyak krisis pengungsi lainnya. Ia mengatakan, jutaan orang menjadi pengungsi atau pengungsi dalam negeri sendiri karena konflik di Sudan Selatan, Yaman, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ukraina, dan Afghanistan.
Ia mengatakan, UNHCR dan badan-badan bantuan lain hanya mendapat kurang dari separuh dana yang diperlukan untuk memberi bantuan kemanusiaan kepada 82 juta orang di seluruh dunia. Ia mengatakan, ini bukannya karena kita tidak lagi manusiawi, seperti kata sebagian orang. Tetapi katanya, yang rusak adalah sistem keuangannya, dan inilah yang harus dibenahi.
[ps/ii]