Badan-badan bantuan meningkatkan upaya menanggulangi wabah diare yang dapat menimbulkan dampak kesehatan serius bagi lebih dari setengah juta pengungsi Rohingya dari Myanmar yang tinggal berjejal-jejal dalam kondisi menyedihkan di Cox’s Bazaar, Bangladesh.
Badan urusan Pengungsi PBB, pihak berwenang bidang kesehatan Bangladesh, dan pihak-pihak lain bekerja sama dalam beberapa front untuk mencegah merebaknya wabah diare.
Mereka melaporkan pusat perawatan berkapasitas 20 tempat tidur telah dibuka di Kamp Pengungsi Kutupalong, yang menampung ribuan warga Rohingya yang belum lama ini melarikan diri dari Myanmar untuk menghindari kekerasan. Dikatakan, direncanakan untuk membuka pusat perawatan di tiga lokasi lain pada akhir pekan ini. Pusat-pusat itu akan dapat mengakomodasi 80 pasien. Lebih banyak pusat perawatan dan konsultasi medis juga akan didirikan.
Juru bicara PBB urusan pengungsi Andrej Mahecic mengatakan belum ada statistik jelas mengenai kasus diare akut di antara para pengungsi yang baru datang.
"Kami mengambil langkah untuk berusaha mencegah sakit parah dan kematian. Kami melihat naiknya tren kasus penyakit diare, termasuk diare dengan dehidrasi parah. Sebegitu jauh, para pengungsi dengan kondisi itu sudah dirawat di klinik UNHCR dan badan-badan lain, dan di fasilitas kesehatan umum lokal,” kata Mahecic.
Kolera adalah endemik di Bangladesh dan kekhawatiran mengenai kemungkinan merebaknya wabah fatal itu terus meningkat. Mahecic mengemukakan kolera dapat menyebar dengan cepat di antara ratusan ribu warga Rohingya yang tinggal berjejal-jejal dalam kondisi sanitasi buruk.
Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Sedunia mengatakan kepada VOA sekitar 900 ribu dosis vaksin kolera oral akan tiba di Bangladesh dalam beberapa hari. Ditambahkan, operasi vaksinasi masal diharapkan dapat dilaksanakan sepekan atau dua pekan kemudian. [ds]