Hepatitis C adalah penyakit virus dalam darah. Virus itu dapat ditularkan lewat transfusi darah atau cangkok organ. Di Amerika penyebab infeksi yang paling umum adalah berbagi jarum suntik. Virus ini butuh waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun untuk merusak hati dan menunjukkan gejala.
Sekitar 75 persenpengidap hepatitis C di Amerika tidak menyadarinya.
Dr. Bruce Bacon, spesialis penyakit hati dari Universitas Saint Louis, mengatakan sekitar 20 persen orang yang tertular hepatitis C pulih sendiri dari virus itu tanpa pengobatan.
"Di sisi lain, sekitar 80 sampai 85 persen orang mengalami hepatitis kronis. Bagi 20 sampai 30 persen pasien, hepatitis itu berubah menjadi sirosis, dan pada 2 sampai 3 persen pasien berubah menjadi kanker hati," papar Dr. Bacon.
Ada 6 jenis atau genotipe hepatitis C. Genotipe1 adalah jenis yang paling sulit diobati dan yang paling umum di Amerika, Eropa dan sebagian Asia. Selama satu dekade terakhir pengobatan hepatitis C memerlukan waktu satu tahun dengan dua obat: penguat sistem kekebalan tubuh yang disebut pegylated interferon dan obat antivirus yang disebut ribavirin
Dr. Adrian Di Bisceglie, peneliti dari Universitas Saint Louis, mengatakan kedua obat itu sudah tidak manjur untuk mengobati pasien dengan virus genotipe 1.
"Untuk genotip itu, hanya 40 persen pasien sembuh ketika mereka diobati dengan interferon dan ribavirin," ujar Dr. Di Bisceglie.
Dalam percobaan klinis yang didanai perusahaan Vertex, Dr. Di Besceglie melihat respon pasien genotipe 1 ketika pengobatan dengan dua obat itu ditambah telaprevir, obat baru Vertex.
Ia mengatakan, "Tingkat kesembuhan atau respon virologi yang bertahan naik dari 40 persen menjadi 75 persen."
Pengujian obat serupa untuk boceprevir didanai oleh perusahaan farmasi Merck. Pemimpin penelitian itu, Dr. Bruce Bacon, mengatakan penambahan boceprevir ke dalam pengobatan standar meningkatkan kesembuhan dari 20 persen menjadi 60 sampai 65 persen, bahkan bagi pasien yang sebelumnya sudah diobati dan tidak sembuh.
Dr. Barbara McGovern adalah anggota panel independen yang meninjau data kedua obat itu untuk Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika. Menurutnya, obat baru itu memiliki efek samping. Boceprevir dapat menyebabkan anemia, dan telaprevir menyebabkan ruam parah, tapi manfaatnya mengalahkan resiko.
Ia mengatakan, “Kita harus selalu mengukur resiko dan manfaat, tapi jumlah pasien yang sembuh, sangat tinggi."
Di Besceglie, Bacon, dan McGovern mengatakan sudah ada obat lebih baik yang sedang menunggu persetujuan badan pengawas pemerintah. Sementara itu, boceprevir dan telaprevir akan segera tersedia di apotek.