Polisi Bahrain menahan sedikitnya enam pemimpin oposisi, menurut sebuah kelompok HAM dan kelompok oposisi utama di negara itu.
Abdul Jalil Ibrahim, anggota kelompok oposisi al-Wefaq, mengatakan bahwa penindasan yang dilakukan pemerintah baru-baru ini mengkhawatirkan.“Kami yakin penindasan ini akan memperburuk situasi. Kami yakin karena masalahnya politis, maka harus diselesaikan dengan cara politis, bukan dengan cara kekerasan. Kekerasan tidak akan membawa negara ini ke mana pun,” ujarnya.
Pasukan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab masuk ke Bahrain hari Senin setelah pemerintah meminta bantuan untuk menumpas demonstran pro-demokrasi yang memblokir jalan-jalan ke arah pusat niaga di Manama.
Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mengatakan bahwa permintaan bantuan pasukan asing menunjukkan Bahrain berada “pada jalur yang salah” dalam menyelesaikan krisisnya.
Dalam pernyataan hari Rabu, Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan bahwa Presiden Amerika Barack Obama telah menelepon Sultan Bahrain dan Raja Arab Saudi karena mengkhawatirkan situasi di sana. Carney mengatakan, "Presiden Obama menyampaikan keprihatinan mendalam mengenai kekerasan di Bahrain dan menekankan perlunya menahan diri. Presiden Obama juga menekankan pentingnya proses politik sebagai satu-satunya cara untuk mengatasi secara damai keluhan rakyat Bahrain yang membawa kepada Bahrain yang stabil, adil, lebih bersatu dan tanggap terhadap rakyatnya.”
Kebanyakan demonstran di Bahrain adalah Syiah yang menuntut perombakan politik dan hak asazi yang lebih besar dari pemerintahan yang dikuasai kelompok Suni.
Keluarga penguasa al-Khalifa menawarkan diadakannya dialog dengan semua partai politik, tetapi para pemimpin oposisi menampik tawaran itu, mengatakan bahwa situasinya tidak tepat untuk melakukan dialog.
Pemerintah Bahrain menegaskan bahwa setelah demonstrasi sebulan penuh, intervensi diperlukan karena demonstran membuat rakyat ketakutan dan mengganggu perekonomian nasional.
Televisi setempat menyebut serangan hari Rabu terhadap tempat demonstrasi di Lapangan Mutiara berhasil dan melaporkan, "Kami dapat memastikan kepada semua warga dan penduduk bahwa Bahrain kembali aman dan stabil dan di bawah kendali orang-orang yang kami percaya.”
Jam malam diberlakukan di beberapa tempat tertentu di negeri itu.
Hari Selasa Sultan Bahrain memberlakukan keadaan darurat selama tiga bulan.