Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penurunan suku bunga acuan masih mungkin dilakukan untuk menyokong pertumbuhan ekonomi. Apalagi jika melihat besaran inflasi nasional dalam empattahun terakhir yang terkendali yakni di kisaran tiga hingga 3,5 persen.
Menurut Perry, keberhasilan pengendalian inflasi tersebut merupakan hasil kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Bank Indonesia.
"Dapat kami laporkan kepada Bapak Wakil Presiden, kami sudah mulai menurunkan suku bunga Bank Indonesia untuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi. Dan kami melihat ke depan dengan rendahnya inflasi, masih terbuka ruang untuk kebijakan moneter yang akomodatif," jelas Perry Warjiyo saat membuka Rakornas Pengendalian Inflasi di Jakarta, Kamis (25/7).
Perry menjelaskan Bank Indonesia memiliki sejumlah strategi untuk mengendalikan inflasi ke depan. Antara lain melanjutkan pembangunan infrastruktur pertanian, pengembangan model kerjasama perdagangan antardaerah dan perluasan teknologi informasi. Dengan strategi ini, Bank Indonesia meyakini inflasi pada 2020-2021 dapat turun pada kisaran 3,0 plus minus 1 persen.
Sementara itu, target pertumbuhan ekonomi pada semester II tahun 2019 yaitu sebesar 5,2 persen, lebih tinggi dari semester I sebesar 5,1 persen. Kendati demikian, target ini lebih rendah jika dibandingkan dengan target APBN 2019 sebesar 5,3 persen.
Menanggapi itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai kebijakan penurunan suku bunga BI sudah cukup baik, sesuai dengan kondisi ekonomi terkini. Namun, JK meminta BI untuk menurunkan lagi suku bunga jika nanti ekonomi membaik.
"Tentu dalam kondisi hari ini cukup baik. Tapi tentu harapannya, kalau bisa kalau kondisi tenang atau keadaan ekonomi juga lebih baik, itu bisa turun lagi. Kita 'kan dulu pernah 4,5 persen," tuturnya di Jakarta.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bima Yudhistira, memperkirakan suku bunga acuan BI dapat diturunkan hingga 5,25 persen. Penurunan itu mungkin dilakukan karena nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika masih sekitar 14 ribu rupiah atau di bawah asumsi APBN dan BI memiliki cadangan devisa yang memadai untuk mengatasi kemungkinan terjadinya gejolak rupiah.
"Kalau kita melihat dari cadangan devisa naik 123 miliar USD per Juni 2019. Nah, ini bahwa salah satu kabar bagus, bahwa Bank Indonesia tanpa perlu menaikkan suku bunga, bahkan menurunkan suku bunga. Cadangan devisa masih cukup melakukan intervensi jika nilai tukar rupiah bergejolak," jelasnya saat dihubungi VOA, Kamis (25/7).
Yudhistira juga berpendapat bahwa inflasi hingga akhir tahun ini akan berkisar di bawah 3,5 persen. Asalkan, kata dia, pemerintah tidak menaikkan harga BBM subsidi dan listrik yang dapat memicu inflasi.
Faktor lain yang juga akan menjadi pertimbangan BI dalam menurunkan suku bunga, yaitu respons terhadap kebijakan bank sentral negara-negara maju seperti Amerika Serikat, beberapa negara Eropa dan Jepang yang juga akan memangkas suku bunga pada tahun ini. [sm/ab]
Bank Indonesia mengisyaratkan akan menurunkan lagi suku bunga acuan. BI sebelumnya telah menurunkan suku bunga dari enam persen menjadi 5,75 persen.
JAKARTA —
Paling Populer
1