Kunjungan kerja ke luar negeri yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo kali ini bisa dikatakan cukup berbeda. Mantan wali kota Solo ini bertolak menghadiri KTT G7 di Jerman untuk membawa misi perdamaian bagi Rusia-Ukraina yang sedang berperang.
“Pagi hari ini saya dan rombongan terbatas akan berangkat untuk berkunjung ke beberapa negara. Pertama akan ke Jerman untuk menghadiri KTT G7, di mana kita di sini adalah sebagai partner country dari G7 dan juga diundang untuk menghadiri KTT G7 sebagai Ketua Presidensi G20. Di sini kita akan mendorong, mengajak negara-negara G7, untuk bersama-sama mengupayakan perdamaian di Ukraina,” ungkap Jokowi sesaat sebelum berangkat, di Bandara Soetta, Cengkareng, Jawa Barat, Minggu (25/6).
Dalam KTT G7 tersebut, Jokowi juga akan mendorong ditemukannya solusi untuk mengahadapi krisis pangan dan krisis energi yang sedang melanda dunia. Ia mengakui upaya tersebut tidaklah mudah, tetapi Indonesia, katanya, akan terus berusaha agar bisa ditemukan solusi dengan secepat-cepatnya.
Usai menghadiri KTT G7 di Jerman, Jokowi dijadwalkan terbang ke Ukraina untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Ia berharap pertemuannya kali ini dapat membuka ruang dialog untuk membangun perdamaian karena perang memang harus segera dihentikan. Selain itu, Jokowi juga akan berdialog dengan Zelenskyy terkait rantai pasok pangan yang harus segera diaktifkan kembali pasca terhambat akibat perang yang masih terjadi sampai detik ini.
“Dari Ukraina, saya akan menuju ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Sekali lagi dengan misi yang sama saya akan mengajak, Presiden Putin untuk membuka ruang dialog dan sesegera mungkin untuk melakukan gencatan senjata dan menghentikan perang,” tegasnya.
Usai bertemu dengan Putin dan Zelenskyy, Jokowi direncanakan melanjutkan kunjungan kerjanya ke Uni Emirat Arab (UEA) guna membahas kerja sama ekonomi dan investasi dengan negara tersebut.
Ia menegaskan, misi perdamaian ini bukan hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara di seluruh dunia.
“Kunjungan ini bukan hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga penting bagi negara-negara berkembang untuk mencegah rakyat negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem dan kelaparan dan selama saya di luar negeri pemerintahan akan dipimpin oleh Bapak Wakil Presiden,” tuturnya.
Misi Penting
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah mengatakan risiko yang diambil Jokowi dengan melakukan pertemuan ini cukup tinggi. Namun, perlu diingat bahwa misi perdamaian merupakan amanat konstitusi yang harus dilakukan.
“Yang pertama harus dunia harus hargai adalah, ini ada seorang kepala negara dari sudut Bumi jauh, Asia Tenggara yang terpanggil untuk turut mengupayakan perdamaian dunia karena tuntutan konstitusi kita dan karena itu tokoh ini berani mengambil risiko yang luar biasa, yang membahayakan keselamatan dirinya,” ungkap Reza kepada VOA.
Menurutnya, Jokowi akan datang dengan pesan dan referensi yang kuat ketika melakukan pertemuan dengan para kepala negara yang sedang bertikai tersebut. Hal ini akan didapat Jokowi dari pertemuan dengan para kepala negara anggota G7, kemudian pimpinan negara anggota Gerakan Non Blok (GNB) yang juga diundang dalam perhelatan KTT G7.
“Pertaruhan nyawanya luar biasa, tapi Presiden Indonesia datang mengorbankan kekhawatirannya tapi membawa amanah konstitusi, dan membawa amanah GNB, amanah OKI (Organisasi Kerja Sama Islam -red), amanah ASEAN, dan membawa amanah masyarakat dunia yang terdampak akibat perang ini," katanya.
Tentunya ada harapan dari pimpinan Eropa terhadap KTT di Jerman untuk disampaikan kepada Zelenskyy dan Putin, untuk itu Jokowi filenya harus sempurna, dan bertemu dengan Putin nanti dialognya bilateral, regional, atau global. Dan ujungnya bisa beliau akan menyampaikan kepada Putin sangat dimohonkan, kehadiran untuk di KTT G20 di Bali nanti,” tuturnya.
Kemudian, apa yang bisa diharapkan dari pertemuan antara Jokowi dengan Zelensky dan juga Putin? Reza menjawab sebaiknya publik tidak berekspektasi tinggi bahwa perang bisa dihentikan dengan segera pasca pertemuan ini. Presiden Jokowi bisa pergi dan kembali dengan selamat ke Tanah Air usai membawa misi perdamaian, sudah sangat bagus.
Menurutnya, pertemuan ini juga kesempatan bagi Jokowi untuk bisa mengupayakan perdamaian dan penyelesaian yang bisa diterima oleh kedua belah pihak.
“Jadi kita tidak usah berharap terlalu banyak, tapi Presiden kita bisa ketemu kedua tokoh dan pulang kembali saja sudah syukur. Karena itu juga Indonesia miskin informasi , tidak sembarangan buka informasi ke publik, terbatas. Semoga diplomasi ini berhasil dan di lorong terowongan itu semoga ada titik terang, dan untuk itu Indonesia tidak banyak bicara dengan pihak mana pun, karena tidak mau didikte oleh siapapun, kita tidka mau ide kita di tes sehingga lahir komentar yang tidak perlu,” pungkasnya. [gi/ah]