Pada saat yang sama tahun lalu, Yoon Seok-min, istrinya Kim Hyo-jung dan kedua anaknya sedang berlibur di Filipina, Vietnam dan Guam. Tahun ini, mereka sudah merencanakan liburan musim panas di Hawaii.
Namun, ketika pandemi virus corona menghalangi perjalanan ke luar negeri, seperti warga Korea Selatan lainnya, keluarga itu beralih ke “staycation” atau “libur tinggal” yang baru dan ekstrem, yaitu mengubah rumah menjadi tempat liburan favorit mereka, sebagaimana dilaporkan kantor berita Reuters.
Sekarang, apartemen lima kamar tidur Kim dan Yoon di Kota Yongin, di selatan Seoul, dihiasi dengan pohon palem dalam pot dan furnitur rotan. Dekorasi itu menghadirkan nuansa sejuk cuaca tropis di dalam ruangan.
Bahkan setiap ruangan punya tema yang berbeda. Kamar tidur pasangan tersebut, misalnya, dirancang menyerupai resor di Bali, sedangkan ruang tamunya telah dirancang dengan nuansa Hawaii.
“Karena kami tidak bisa bepergian ke luar negeri untuk beberapa waktu karena virus corona, kami mencoba membawa tempat-tempat liburan itu ke rumah kami,” kata Kim, seperti dikutip oleh kantor berita Reuters, Selasa (25/8)
Yoon dan Kim harus merogoh kocek sekitar 80 juta won (sekitar Rp 991,7 juta) untuk membayar biaya mendandani hunian mereka yang cukup rumit. Namun, pasangan yang punya bisnis furnitur itu tidak sendirian. Banyak pasangan lain yang menghabiskan dana untuk merenovasi rumah mereka.
Hanssem Co Ltd, sebuah perusahaan perabot rumah tangga terbesar di Korea Selatan, mengatakan bahwa jumlah rumah yang telah mereka perbarui pada kuartal kedua 2020 meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Hasilnya, -laba operasi konsolidasi perusahaan itu melonjak sebesar 172 persen.
Berkemah di Rumah dengan Api Unggun Virtual
Pasangan lain yang mempertimbangkan ide libur tinggal ekstrem tidak perlu mencari inspirasi jauh-jauh.
“Berkemah di rumah” juga sedang naik daun di Korea Selatan. Orang-orang bisa - menyiapkan perlengkapan berkemah dan barbekyu di rumah seperti yang mereka lakukan saat kemping di hutan atau di pantai..
Lonjakan kasus virus corona baru-baru ini yang dibarengi dengan musim hujan yang berlangsung hampir dua bulan -terpanjang dalam catatan di negara itu-, telah mendorong Che Min-hee dan suaminya Lee Seung-yoon untuk mengubah flat mereka di Seoul menjadi tempat kemping.
Dengan kursi lipat, peralatan piknik, dan setidaknya 15 jenis lentera yang berkelap-kelip, pasangan itu menikmati Sabtu malam yang hujan di rumah dengan memasak gambas al ajillo, udang bawang masak putih ala Spanyol, dan pasta di atas kompor portabel.
Agar suasana mirip kemping di alam terbuka, mereka memasang video api unggun yang mengeluarkan suara kertak-kertuk api unggun.
"Kami seharusnya melakukan perjalanan selama seminggu ke New York pada musim panas ini, tapi kami batalkan karena wabah virus corona yang berkepanjangan," kata Che. “Alih-alih, kami menghabiskan uang itu untuk membeli perlengkapan berkemah, yang menghabiskan biaya sekitar 10 juta won (Rp 123,4 juta).”
Che dan Lee harus menunggu dua hingga tiga bulan untuk membeli tenda, meja lipat, dan kompor karena tingginya permintaan dari warga Korea Selatan yang juga tidak bisa liburan. Menurut Bank Dunia, orang Korea Selatan masuk daftar 10 konsumen wisata terbesar di dunia
Menurut perusahaan raksasa ritel Korea Selatan, E-Mart Inc, penjualan peralatan berkemah dari April hingga pertengahan Juli melonjak sebesar 51,6% -secara tahunan.
Pihak berwenang Korea Selatan telah meminta warganya untuk tetap tinggal di rumah, Senin (24/8), dan membatalkan perjalanan yang tidak perlu, karena mempertimbangkan untuk memberlakukan aturan jaga jarak yang lebih ketat.[ah/ft]