Semasa kampanye Donald Trump menawarkan citranya sebagai perunding ulung dan pembuat kesepakatan pamungkas. Tetapi dua tahun setelah menjabat presiden, keberhasilan utama dalam kebijakan luar negeri masih sulit dipahami.
Amerika mengerahkan satuan tempur kapal induk ke Timur Tengah, menanggapi apa yang dikatakannya sebagai ancaman serangan Iran terhadap pasukannya di wilayah tersebut.
Sementara itu Korea Utara melakukan dua uji coba senjata dalam waktu kurang dari seminggu, menyulitkan upaya Amerika dalam mewujudkan denuklirisasi.
Dan di Venezuela, Nicolas Maduro masih memegang kekuasaan, setelah berbulan-bulan kerusuhan dan Amerika mendukung oposisi.
Anthony Cordesman dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional mengatakan, "Di mana-mana Amerika terlibat konfrontasi."
Trump menonjolkan diri sebagai pembuat kesepakatan pamungkas. Sejauh ini, ia telah menarik Amerika keluar dari beberapa kesepakatan, termasuk pakta nuklir Iran, perjanjian iklim Paris, dan Kemitraan Trans Pasifik. Ia belum melibatkan Amerika dalam kesepakatan penggantinya.
Trump menyatakan kemenangan atas ISIS. Tetapi serangan bom pada hari Paskah di Sri Lanka menunjukkan kelompok teroris itu masih belum bisa dikalahkan.
Selain tidak ada kemenangan yang jelas, beberapa cendekiawan mempertanyakan apakah Trump memiliki strategi kebijakan luar negeri yang jelas.
Walaupun mungkin berhasil untuk jangka pendek, menurut analis pendekatan transaksional tidak bisa diandalkan dan membuka celah bagi kekuatan asing.
Analis pada Institut Timur Tengah Alex Vatanka mengatakan, "Itu sebabnya mengapa kita menyaksikan Tiongkok semakin sering disebut sebagai mitra yang potensial untuk kerjasama keamanan, ekonomi dan sebagainya. Atau Rusia dalam hal ini, yang sekarang lebih terlibat dalam perhitungan keamanan negara-negara Timur Tengah dibandingkan mungkin sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991."
Trump mengampanyekan "America First" pada tahun 2016 dan berharap menjual keberhasilan pendekatannya itu menjelang pemilu tahun 2020. Ia sering memuji keberhasilannya memaksa anggota NATO mengeluarkan anggaran lebih banyak untuk pertahanan. Dan ia mengaitkan keberhasilan ekonomi di dalam negeri dengan pencapaian kebijakan luar negerinya.
"Setiap kali seorang pemimpin asing, seorang presiden, perdana menteri, seorang raja, ratu, diktator, juga sebagian dari kalian... Setiap kali datang ke kantor, mereka mengucapkan selamat atas apa yang telah kita lakukan untuk perekonomian. Ekonomi kita paling dipuji di dunia," tandas Trump.
Jajak pendapat menunjukkan hanya 40 persen orang Amerika yang menyetujui kebijakan luar negeri Trump, dengan pandangan yang terpecah antara Partai Demokrat dan Republik. Menurut analis, perpecahan di dalam negeri ini berdampak pada bagaimana Amerika dipandang di seluruh dunia.
Dengan ekonomi Amerika yang kuat, analis mengatakan, catatan kebijakan luar negeri Trump mungkin menjadi sasaran bagi Partai Demokrat yang beroposisi dalam kampanye pemilihan presiden tahun 2020. (ka)