Sebuah laporan baru menyebutkan bahwa lebih dari 32 juta orang terpaksa meninggalkan rumahnya pada 2012 karena bencana alam. Sebagian besar dari mereka tinggal di negara-negara berkembang, namun negara-negara kaya seperti Amerika Serikat juga tidak terkecuali.
"Pada 2012, kami melihat jumlah orang yang harus mengungsi karena bencana alam naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Ada 32,4 juta yang harus meninggalkan rumah pada 2012. Bencana alamnya terjadi cepat, seperti banjir, badai, kebakaran hutan dan gempa bumi," ujar Clare Spurrell, juru bicara Pusat Pengawasan Pengungsian Internal (Internal Displacement Monitoring Center).
Insiden-insiden ekstrem ini menjadi jauh lebih kerap di banyak negara.
"Pada lima tahun terakhir, tigaperempat dari negara-negara yang melaporkan pengungsian karena bencana, terimbas peristiwa pengungsian ganda. Hal ini berarti bahwa jutaan orang di seluruh dunia seringkali harus mengungsi lagi dan lagi dalam konteks ini," ujarnya.
Juga dalam lima tahun terakhir, lebih dari 80 persen pengungsian global terjadi di Asia. India merupakan tempat yang paling parah terkena dampak bencana.
“India mengalami pengungsian terbesar di dunia pada 2012 akibat banjir yang berulang dan tanpa henti, yang ditambah lagi dengan ketegangan antar komunitas. Jadi di India, kami melihat 6,9 juta orang harus mengungsi akibat banjir monsoon di bagian timur laut," ujarnya.
Afrika mencatat rekor jumlah pengungsi baru tahun lalu, yaitu 8,2 juta orang.
"Angka yang signifikan adalah pengungsian karena banjir-banjir di Nigeria, yang merupakan pengungsian bencana terbesar kedua pada 2012, hanya setelah bencana banjir di India timur laut. Banjir di Nigeria merupakan yang paling parah dalam sejarah negara itu, dan terutama berdampak pada wilayah berpenduduk di dataran dekat sungai besar di Benue dan Niger, menghancurkan rumah, jembatan, tanah pertanian, dan menewaskan sejumlah besar ternak," ujar Spurrell.
Sekitar seperempat negara-negara yang melaporkan pengungsian baru pada 2012 juga dipengaruhi oleh konflik. Spurrell mengatakan hal itu menjadi tema umum.
“Di negara-negara yang terimbas konflik, seringkali bencana menambah faktor risiko yang mengarah pada peningkatan jumlah pengungsian. Misalnya saja di Pakistan atau Sudan Selatan, orang-orang sudah kesulitan makanan dan menghadapi konflik. Lalu mereka menghadapi banjir yang parah dan badai. Mereka sudah mendapat dampak-dampak dari berbagai variabel, termasuk kelaparan, kemiskinan dan kekerasan," ujarnya.
Negara-negara kaya juga menghadapi pengungsian sebagai akibat dari bencana alam. Misalnya saja, di Amerika Serikat, 900.000 orang terpaksa meninggalkan rumah tahun lalu, sebagian besar karena Badai Sandy. Pada 2011, banyak orang yang mengungsi karena gempa alam besar, tsunami dan keadaan darurat di pembangkit nuklir di Jepang.
"Pada 2012, kami melihat jumlah orang yang harus mengungsi karena bencana alam naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Ada 32,4 juta yang harus meninggalkan rumah pada 2012. Bencana alamnya terjadi cepat, seperti banjir, badai, kebakaran hutan dan gempa bumi," ujar Clare Spurrell, juru bicara Pusat Pengawasan Pengungsian Internal (Internal Displacement Monitoring Center).
Insiden-insiden ekstrem ini menjadi jauh lebih kerap di banyak negara.
"Pada lima tahun terakhir, tigaperempat dari negara-negara yang melaporkan pengungsian karena bencana, terimbas peristiwa pengungsian ganda. Hal ini berarti bahwa jutaan orang di seluruh dunia seringkali harus mengungsi lagi dan lagi dalam konteks ini," ujarnya.
Juga dalam lima tahun terakhir, lebih dari 80 persen pengungsian global terjadi di Asia. India merupakan tempat yang paling parah terkena dampak bencana.
“India mengalami pengungsian terbesar di dunia pada 2012 akibat banjir yang berulang dan tanpa henti, yang ditambah lagi dengan ketegangan antar komunitas. Jadi di India, kami melihat 6,9 juta orang harus mengungsi akibat banjir monsoon di bagian timur laut," ujarnya.
Afrika mencatat rekor jumlah pengungsi baru tahun lalu, yaitu 8,2 juta orang.
"Angka yang signifikan adalah pengungsian karena banjir-banjir di Nigeria, yang merupakan pengungsian bencana terbesar kedua pada 2012, hanya setelah bencana banjir di India timur laut. Banjir di Nigeria merupakan yang paling parah dalam sejarah negara itu, dan terutama berdampak pada wilayah berpenduduk di dataran dekat sungai besar di Benue dan Niger, menghancurkan rumah, jembatan, tanah pertanian, dan menewaskan sejumlah besar ternak," ujar Spurrell.
Sekitar seperempat negara-negara yang melaporkan pengungsian baru pada 2012 juga dipengaruhi oleh konflik. Spurrell mengatakan hal itu menjadi tema umum.
“Di negara-negara yang terimbas konflik, seringkali bencana menambah faktor risiko yang mengarah pada peningkatan jumlah pengungsian. Misalnya saja di Pakistan atau Sudan Selatan, orang-orang sudah kesulitan makanan dan menghadapi konflik. Lalu mereka menghadapi banjir yang parah dan badai. Mereka sudah mendapat dampak-dampak dari berbagai variabel, termasuk kelaparan, kemiskinan dan kekerasan," ujarnya.
Negara-negara kaya juga menghadapi pengungsian sebagai akibat dari bencana alam. Misalnya saja, di Amerika Serikat, 900.000 orang terpaksa meninggalkan rumah tahun lalu, sebagian besar karena Badai Sandy. Pada 2011, banyak orang yang mengungsi karena gempa alam besar, tsunami dan keadaan darurat di pembangkit nuklir di Jepang.