Sejak tahun 1999, diaspora Indonesia asal Tegal, Jawa Tengah, Sujono Setiawati mendirikan bisnis restoran Euro Bistro di Herndon, Virginia, AS, bersama suaminya, Raimund Stieger, yang berasal dari Austria.
“Suami memang suka masak. (Dia) lulusan dari chef school di (Swiss),” cerita Noni kepada VOA.
“Dia sudah lama juga di (Washington, D.C.). Seumur hidupnya dia masak terus. Aku sih enggak, aku suka makan saja,” tambahnya sambil bercanda.
Raimund sendiri pertama kali datang ke AS tahun 1993 untuk bekerja di salah satu restoran milik teman keluarganya di Washington, D.C.
Masakan Austria dan Jerman
Euro Bistro menghadirkan masakan klasik khas Jerman dan Austria, seperti Wiener Schnitzel atau daging tipis berbalur tepung yang menjadi favorit, serta sosis dan sauerkraut atau sayur kol yang sudah difermentasi.
Beberapa menu lainnya di Euro Bistro juga terinspirasi dari makanan khas Italia dan Amerika, yang ia temui saat liburan atau pelajari cara memasaknya dari orang-orang yang pernah bekerja dengannya.
“Jadi Anda mendapat sedikit pengaruh dari mereka,” cerita Raimund yang juga pernah menekuni pendidikan pastry.
Seperti dijelaskan pada situs Euro Bistro, restoran yang buka hari Senin-Sabtu ini awalnya hanya bisa mengakomodasi 50 orang.
Namun, setelah mulai dikenal, pada musim panas tahun 2003, Noni dan Raimund memutuskan untuk memperbesar restorannya, yang kini bisa memuat hingga 100 pelanggan.
Rasa Indonesia
Namun, tak jarang pula Euro Bistro memperkenalkan masakan dari tanah kelahiran Noni, yang malah biasa diminta oleh para tamu langganan.
“Kadang tak influence-in pake Indonesian, kalau ada acara spesial, kayak wine dinner. Kadang masakannya kan internasional, enggak cuman Jerman saja,” jelas Noni.
“Biasa ayam goreng, nasi goreng, biasa aja kayak bakmi goreng, rendang, opor ayam, kayak nasi ayam, kayak nasi ayam dari semarang, yang gampang-gampang saja,” tambahnya.
Uniknya, ternyata chef Raimund juga mahir memasak makanan Indonesia.
“Dia kalau misalnya kalau (di)kasih tau bumbunya saja, ya udah masak sendiri. Misalnya, nasi ayam goreng, ‘apa bumbunya? Ini, ini, ini.' Sudah, dia masakin. Tangannya dia enak,” cerita Noni.
Penuh Kekeluargaan
Kelezatan masakan khas Jerman yang disajikan di Euro Bistro berhasil menarik perhatian pelanggan tetap dari berbagai negara, yang kerap datang 2-3 kali dalam seminggu.
Dana Rodgers sudah menjadi pelanggan setia Euro Bistro sejak sekitar 20 tahun yang lalu dan selalu datang hampir setiap minggunya.
“Ini adalah restoran keluarga yang menyenangkan,” ujarnya sambil menikmati hidangan pencuci mulut, Chocolate Mousse di Euro Bistro, kepada VOA.
Menurut Raimund kebanyakan pelanggan asal Amerikanya adalah anggota militer yang pernah ditugaskan di Jerman. Biasanya setelah kembali ke AS, mereka dan keluarganya rindu akan makanan khas Jerman yang mereka kerap nikmati dulu.
“Mereka bilang, ‘oh saya sudah tidak pernah makan makanan seperti ini selama bertahun-tahun, akhirnya saya menemukan restoran ini.’ Lalu mereka datang kembali, jadi Anda mendapat pelanggan baru,” ujar Raimund.
Para tamu-tamu pun sudah seperti teman sendiri dan selalu mendukung restoran Noni dan Raimund. Adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi Raimund untuk bisa memasak dan menyajikannya kepada para pelanggannya.
“Anda melihat bagaimana mereka menikmatinya. Itu berarti Anda menciptakan sesuatu untuk dinikmati orang-orang dan (mereka terlihat) senang,” kata Raimund.
Selain bisa menyajikan masakan yang lezat, kuncinya bagi Noni adalah pelayanan yang baik.
“Service yang baik dan ramah, biasalah ya orang Indonesia begitu ya ramah. Jangan digalakin, kalau digalakin enggak balik lagi deh,” kata Noni sambil bercanda.
Walau kerap sibuk di dapur dan melayani pelanggan, adalah kepuasan tersendiri ketika bisa melihat senyuman di wajah para pelanggan.
“Itu sudah cukup untuk kami,” pungkas Noni. [di/dw]
Forum