Para pemimpin militer Amerika mengatakan, tambahan sekitar 3.500 orang tentara yang dikirim ke Afghanistan akan meningkatkan beaya perang di negara itu dengan satu milyar dollar per tahun, sehingga jumlah keseluruhan akan menjadi 12,5 milyar dollar.
Menteri Pertahanan Jim Mattis, dalam sidang dengar pendapat di Gedung Kongres juga mengatakan Amerika harus tetap terikat dengan perjanjian nuklir yang dicapai dengan Iran dalam pemerintahan Obama. Perjanjian itu membatasi kemampuan Iran untuk membuat senjata nuklir. Presiden Trump mengutuk perjanjian itu sebagai perjanjian paling buruk yang pernah dibuat Amerika dan mengisyaratkan ia mungkin akan membatalkannya.
Terungkapnya ongkos perang di Afghanistan itu, perang terlama yang dijalankan Amerika, terjadi setelah Mattis dan Jenderal Joseph Dunford, ketua kepala staf gabungan angkatan bersenjata Amerika, didamprat oleh Senator John McCain, karena tidak memberikan rincian kepada Kongres tentang rencana Presiden Trump untuk memenangkan perang di Afghanistan.
McCain, ketua Komisi Angkatan Bersenjata Amerika mengatakan adalah “aneh” Mattis dan Dunford tidak menyerahkan pernyataan tertulis sebelum sidang dengar pendapat diadakan, seperti lazimnya.
“Kami ingin menjadi mitra kalian,” kata McCain. “Tapi komisi tidak akan menjadi tukang stempel bagi kebijakan Presiden manapun. Terus terang, kami masih punya banyak pertanyaan tentang strategi baru (untuk Afghanistan) ini,” tambah McCain.
Mattis dan Dunford, yang mula-mula muncul di muka panel senat dan kemudian dimuka Komisi Angkatan Bersenjata DPR, berusaha meyakinkan para anggora DPR bahwa rencana Trump menambah pasukan Amerika di Afghanistan akan berhasil.
Beberapa anggota prihatin bahwa Amerika semakin dalam terperosok ke dalam perang yang mahal tanpa adanya prospek untuk menang. Tapi Mattis mengatakan, angkatan bersenjata dan polisi Afghanistan untuk pertama kalinya dalam perang yang telah berlangsung 16 tahun itu akan ikut aktif dalam operasi tempur.
Kata Mattis lagi, tentara Afghanistan kini semakin berani dalam pertempuran karena tahu bahwa mereka didukung oleh pasukan Amerika dan NATO yang menggunakan kekuatan udara untuk menyerang Taliban dan kelompok-kelompok milisi lainnya.
Tapi Jenderal Dunford mengakui bahwa saat ini, perang di Afghanistan sedang mengalami kemacetan. “Kami belum mencapai titik dimana kami bisa mencapai penyelesaian politik bagi perang ini,” kata Dunford.
Presiden Trump mengungkapkan strategi barunya untuk Afghanistan bulan Agustus lalu, dan mengatakan tentara Amerika akan “bertempur untuk menang,” dengan menyerang musuh-musuh, menghancurkan al-Qaida dan mencegah serangan teroris atas warga Amerika.
Tapi rencana untuk menang itu tidak termasuk mengalahkan Taliban. Trump hanya mengatakan bahwa setelah “usaha militer yang efektif”, ada kemungkinan bisa dicapai penyelesaian dengan mengikut sertakan elemen-elemen Taliban.
Dengan penambahan pasukan itu, jumlah pasukan Amerika di Afghanistan akan mencapai kira-kira 12.000 orang. [ii]