Minggu ini menandai terakhir kalinya Presiden Joe Biden akan menyampaikan pidato di forum internasional utama di dunia saat ratusan pemimpin berkumpul setiap tahun untuk Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA).
Pidatonya pada Selasa (24/9) pagi waktuy setempat disampaikan pada saat yang genting, kata duta besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield.
"Kita mengatakan ini setiap tahun, tetapi UNGA ini terjadi pada saat yang lebih kritis dan lebih menantang," katanya dalam sebuah jumpa pers minggu lalu di PBB.
"Daftar krisis dan konflik yang menuntut perhatian dan tindakan tampaknya terus bertambah." Di puncak daftar itu: Gaza. Sikap AS tidak sejalan dengan anggota majelis umum lainnya, yang minggu lalu dengan suara bulat mengeluarkan resolusi yang menuntut Israel untuk mengakhiri pendudukannya di Wilayah Palestina dalam 12 bulan ke depan.
Daftar teratas adalah Gaza. Posisi AS di sini tidak sejalan dengan anggota majelis lainnya. Pekan lalu anggota majelis PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut agar Israel mengakhiri pendudukannya di wilayah Palestina dalam waktu 12 bulan ke depan.
AS termasuk di antara 14 negara yang memberikan suara “tidak setuju,” yang menurut Greenfield sejalan dengan penolakan Washington terhadap “langkah-langkah sepihak yang melemahkan prospek solusi dua negara.”
Para analis memperkirakan dalam pidatonya di PBB tahun ini, Biden akan membahas dukungannya terhadap Israel dan Ukraina. Mereka menyoroti kedua konflik itu sebagai tantangan besar menjelang akhir masa jabatannya sebagai presiden.
Jim Kessler, wakil presiden eksekutif bidang kebijakan di Third Way mengatakan, “Sehubungan masalah Timur Tengah, ‘Bagaimana kita bisa mengendalikan situasinya dan berharap konflik ini tidak berkembang menjadi perang kawasan yang tidak terkemdali lagi?’ Menurut saya, hanya sebatas itu yang bisa kita duga tentang apa yang akan terjadi.”
Satu hal yang sangat jelas adalah, menjelang satu tahun konflik, hampir 100 sandera diperkirakan masih dalam tahanan Hamas. Gedung Putih mengatakan, membebaskan sandera adalah prioritas utama dan merupakan pilar penting dari kesepakatan untuk menghentikan perang antara Israel dan kelompok teroris Hamas.
Kessler menambahkan, banyak pemimpin akan memberi sambutan hangat kepada Biden pada pidato perpisahannya, karena ia menggunakan masa jabatannya untuk membangun dan menegakkan kembali aliansi dan norma-norma dunia.
“Ada banyak simpati untuk Biden dari kebanyakan negara di dunia. Namun tentu saja, ada sebagian yang tidak,” pungkas Kessler,
Profesor Michael Cox di Chatham House mengatakan para pemimpin dunia khawatir tentang sekali lagi masa jabatan Trump. “Ukraina mungkin yang paling khawatir. Trump tidak pernah menunjukkan kecenderungan untuk mendukung Ukraina." [ps/jm/my/lt]
Forum