Sidang Umum PBB tahun ini akan diselenggarakan di tengah kondisi global yang suram.
Sekjen PBB, Antonio Guterres merangkumnya dalam sebuah kalimat pendek. “Kita melihat perpecahan geopolitik dan konflik yang tidak terkendali, setidaknya di Ukraina, Gaza, Sudan dan sekitarnya.”
Perang di Gaza sudah mendekati masa satu tahunnya, dengan lebih dari 41 ribu rakyat Palestina terbunuh dan seratus sandera yang ditangkap dari Israel masih dalam penahanan Hamas. Namun kemajuan menuju gencatan senjata nampaknya tidak akan terjadi di pertemuan PBB ini.
Randa Slim adalah peneliti senior di Middle East Institute yang berbasis di Washington.
“Saya tidak melihat cukup banyak daya tarik. Saya pikir kedua belah pihak, dalam hal ini Hamas dan Perdana Menteri Israel, nampaknya bersiap untuk perang yang berlarut-larut, konflik yang berlarut-larut.”
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas pastinya akan berfokus pada perang, ketika mereka menyamapaikan pidato di Sidang Umum pads Kamis depan.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy juga diperkirakan akan datang ke New York.
Lebih dari dua setengah tahun setelah Rusia menginvasi Ukraina, perdamaian masih sulit diraih.
Zelenskyy kemungkinan akan menyampaikan argumennya untuk dukungan militer dan senjata jarak jauh yang lebih besar selama pertemuan Dewan Keamanan mengenai Ukraina pada Selasa dan di Majelis Umum pada Rabu.
Richard Gowan, Direktur PBB untuk International Crisis Group, mengatakan, “Bagi Ukraina saat ini, tantangan besarnya adalah menghentikan Rusia maju di Ukraina Timur. Masa depan perang akan diputuskan di medan perang, bukan di PBB.”
Presiden Rusia, Vladimir Putin tidak akan datang ke New York, tetapi Menteri Luar Negeri, Sergey Lavrov akan datang.
Para diplomat juga akan bertemu untuk membahas perang di Sudan. Meskipun ada banyak inisiatif internasional, tidak ada gencatan senjata, dan pertempuran selama 17 bulan telah membuat lebih dari 10 juta orang mengungsi dan membuat jutaan orang kelaparan.
Wajah-wajah baru di PBB bulan ini termasuk Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Dan Presiden AS Joe Biden akan tampil terakhir kalinya di PBB.
Sekali lagi, Richard Gowan mengatakan, “Saya rasa masih ada rasa hormat atas keterlibatannya dengan multilateralisme, tetapi juga ada banyak penyesalan karena ia tidak memberi PBB peran yang lebih besar dalam menangani perang di Gaza.”
Setelah dua kali percobaan pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump, VOA bertanya apakah Amerika Serikat dapat menjamin keselamatan lebih dari 130 presiden dan perdana menteri yang akan datang ke New York City.
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan, “Kami telah mengerahkan segala upaya. Polisi di Kota New York berjaga di mana-mana. Keamanan Diplomatik mendukung Dinas Rahasia untuk juga memberikan keamanan bagi semua kepala negara yang akan berada di kota ini.”
Sekretaris Jenderal PBB akan memulai pekan diplomasi secara maraton pada Minggu, dengan “KTT Masa Depan” selama dua hari, yang bertujuan untuk mereformasi sistem PBB guna menangani tantangan baru termasuk perubahan iklim dan kecerdasan buatan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, “Kita tidak dapat menciptakan masa depan yang sesuai untuk cucu-cucu kita dengan sistem yang dibangun untuk kakek-nenek kita.”
Negosiasi tentang “Pakta untuk Masa Depan” yang substantif telah sulit, tetapi diharapkan akan diadopsi. [ns/jm]
Forum