Mencoba memulai sebuah perusahaan sebagai imigran mungkin sulit di beberapa tempat, namun tidak di Silicon Valley.
"Saya imigran di sini, tapi lucu juga karena saya tidak pernah merasa sebagai imigran," ujar Pramod Sharma, imigran asal India yang turut mendirikan perusahaan startup bernama Osmo.
Terletak di California utara, Silicon Valley adalah sebuah "melting pot" dari berbagai budaya, bahasa dan perusahaan teknologi. Osmo yang berbasis di Palo Alto merefleksikan keberagaman itu.
"Kami selalu berusaha mendapatkan keberagaman dari latar belakang budaya karena produk kami adalah untuk anak-anak, dan mereka mencoba untuk belajar," ujar Sharma.
Mainan terbaru dari Osmo mengajarkan anak-anak semuda balita konsep dasar pengkodean atau coding.
"Yang penting adalah 'Apa idemu? Apa proses berpikirmu?'," ujar Sharma. "Coding bisa dianggap sebagai komunikasi antara mesin dan Anda."
Seorang ibu bernama Rochelle Chu mengatakan permainan itu tidak memiliki manual, jadi anak-anak langsung memainkannya.
"Bagus karena mainan itu memperkenalkan mereka bahwa mereka bisa bereksperimen dan bermain serta tidak takut," ujarnya.
Sharma mengatakan tidak takut bereksperimen adalah budaya startup di Silicon Valley.
"Bagaimana kita menjadi kreatif dengan sedikit sumber daya untuk berinovasi? Hal itu membuatnya menantang. Yang seru adalah karena banyak kebebasan. Kita bisa melakukan hampir apa saja," katanya.
Kombinasi keberagaman budaya dan ide, serta kebebasan untuk berinovasi itulah yang mungkin menarik insinyur dan ilmuwan komputer di seluruh dunia ke Silicon Valley. [hd/dw]