Maskapai penerbangan bertarif rendah Filipina, Cebu Pacific, menandatangani kesepakatan, Rabu (2/10), untuk membeli 152 pesawat buatan Airbus seharga $24 miliar (sekitar 367 triliun rupiah). Kesepakatan itu disebut-sebut sebagai pembelian pesawat terbesar di negara itu.
Kepala Eksekutif Cebu Pacific, Michael Szucs, mengatakan kepada para wartawan bahwa pemesanan untuk minimum 70 unit pesawat A321neo bisa meningkat menjadi maksimum 102 unit, ditambah "hak membeli" sebanyak 50 pesawat lainnya.
"Jika kami menghitung secara keseluruhannya, potensi nilai kesepakatan untuk 152 pesawat adalah sekitar $24 miliar," kata Szucs, seraya menambahkan "masih ada banyak waktu untuk mengambil keputusan."
Jika pesanan dilakukan secara penuh, jumlahnya akan “jauh melebihi kesepakatan sebelumnya yang pernah dilakukan di Filipina pada masa lalu”, kata Szucs.
Cebu Pacific sebelumnya mengatakan akan menggunakan mesin Pratt & Whitney untuk pesawatnya meskipun ada laporan masalah yang memaksa maskapai tersebut untuk menghentikan penerbangan setidaknya 10 pesawat.
Szucs menggambarkan pesanan armada besar-besaran itu sebagai bukti kepercayaan terhadap prospek ekonomi Filipina dan merujuk pada proyek infrastruktur besar, termasuk pembangunan bandara di utara Manila, ibu kota Filipina.
Bandara tersebut, yang diperkirakan akan dibuka pada 2029, berarti maskapai penerbangan tersebut harus mengirimkan “serangkaian pesawat yang benar-benar baru” ke sana, kata Szucs.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/IATA) mengatakan maskapai-maskapai penerbangan bangkit kembali setelah pandemi COVID-19, dengan jumlah penumpang dan pendapatan diperkirakan mencapai rekor tertinggi tahun ini.
Namun maskapai penerbangan juga menghadapi lonjakan biaya yang disebabkan oleh kekurangan suku cadang dan tenaga kerja, serta tantangan terkait perubahan iklim. [ft/es]
Forum