Lembaga survei “Indikator Politik Indonesia” merilis hasil survei elektabilitas pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan bertarung pada 17 April nanti. Pertanyaan utama survei itu adalah apabila pemungutan suara diadakan hari ini, siapa yang akan dipilih. Hasilnya, pasangan calon nomor urut 01 Jokowi-Maruf memperoleh suara 55,4 persen, dan pasangan calon nomor urut 02 Prabowo-Sandi memperoleh suara 37,4 persen. Dengan demikian selisih elektabilitas kedua paslon tersebut adalah sebesar 18 persen.
Direktur Eksekutif “Indikator Politik Indonesia” Burhanuddin Muhtadi mengatakan selain hasil elektabilitas tersebut, pihaknya menemukan 7,2 persen pemilih yang belum menentukan pilihan alias undecided voters. Sementara jumlah pemilih yang masih mungkin mengalihkan suaranya atau swing voters mencapai 16,9 persen. Jika kedua kelompok pemilih itu mengalihkan suara kepada Prabowo-Sandi, maka hasil pemilu akan berubah total.
“Mengapa undecided dan swing voters ini penting kita analisis lebih jauh, karena misalnya kalau keduanya memblok ke Prabowo-Sandi, 16 persen plus 7 persen, itu potensial mengubah permainan. Itu kan 23 persen, sementara selisih antara 01 dan 02 dalam simulasi tanpa memprediksi undecided voters itu kan selisihnya 18 persen. Masalahnya adalah ternyata swing dan undecided voters tidak nge-blok ke 02. Bahwa swing voters sedikit lebih banyak yang lari ke 02 betul, tapi tidak seluruhnya mendukung 02, ini penting. Kalau seluruhnya memilih 02 hasilnya bisa berubah di tanggal 17 April, tetapi karena masih ada menurut hasil pemodelan kita mereka yang swing dan undecided voters sekitar 46 persen dari undecided dan swing voters yang lari ke Pak Jokowi maka Pak Jokowi kita prediksi mencapai angka 57persen, meskipun lagi-lagi sebagian besar dari swing itu memang larinya ke Pak Prabowo,” ungkap Burhanuddin usai konferensi pers di Jakarta, Rabu (3/4).
Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Sejak Oktober 2019 Cenderung Stagnan
Ia juga menjelaskan angka elektabilitas Jokowi-Maruf cenderung stagnan dari waktu ke waktu dimana pada Oktober 2018 elektabilitasnya 53 persen, lalu Desember 2018 menyentuh 54,9 persen dan pada Maret 2019 mencapi 55,4 persen. Sementara untuk elektabilitas Prabowo-Sandi trendnya naik yaitu dalam periode waktu yang sama 30 persen, naik ke 34,8 persen kemudian mencapai 37,4 persen.
Adapun beberapa indikator dan pertanyaan yang diberikan kepada sampel survei meliputi kinerja Jokowi, keyakinan atas kemampuan Jokowi memimpin, kondisi ekonomi nasional dibanding tahun lalu, kondisi ekonomi sekarang, kondisi politik nasional, serta soal penegakan hukum. Semua itu cenderung positif dan menjadikan elektabilitas Jokowi-Maruf masih unggul dibandingkan dengan Prabowo-Sandi.
Lebih jauh, Burhanuddin menjelaskan Jokowi-Maruf cukup mendominasi pemilih dalam berbagai kelompok gender, usia, desa/kota dan kelas ekonomi, etnis jawa, basis NU dan non Islam, pendidikan menengah ke bawah, terutama dari kalangan blue collars. Namun paslon 01 ini tidak mendapatkan suara yang banyak di kalangan masyarakat yang berpendidikan tinggi dan tinggal di perkotaan. Hal ini, kata Burhanuddin karena masih cukup tingginya angka pengangguran dari kalangan lulusan universitas.
TKN Jokowi-Ma'ruf Siap Galakkan Kampanye Untuk Capai Target Suara 60%
Menanggapi hasil survey tersebut, Wakil Ketua TKN Jokowi-Maruf Johnny G. Plate mengatakan dengan hasil survei tersebut membuktikan bahwa isu atau berita bohong yang selalu digunakan untuk menjatuhkan Jokowi-Maruf tidak berpengaruh cukup signifikan terhadap hasil perolehan suara. Menurutnya, masyarakat sekarang ini sudah cukup pintar untuk memilah mana berita yang benar dan mana berita yang bohong. Meskipun demikian di sisa waktu yang tinggal duaminggu ini, pihaknya akan berusaha untuk berkampanye lebih masif lagi agar target lebih dari 60 persen suara bisa diraih pada 17 April nanti.
“Hal-hal ini yang selama ini digunakan sebagai isu-isu penting dalam kampanye, itu tidak relevan dengan respon masyarakat, mereka masih lebih percaya kepada Pak Jokowi. Sekaligus tadi dilakukan pola semacam ekstraporasi, dimana hasilnya memang di konfirmasi bahwa Pak Jokowi punya potensi hampir 58 persen, dan itu dekat dengan target yang kami perkirakan diatas 60 persen. Kami sekarang melakukan kampanye mikro, door to door dan rapat-rapat umum maupun kampanye dialogis untuk memastikan target kami 60 persen pemilu yang damai, yang terpercaya itu bisa kita capai, itu nanti menjadi prestasi demokrasi Indonesia,” jelas Johnny.
BPN Prabowo-Sandi: Di Detik-Detik Terakhir Selalu Saja Ada “Gol Bunuh Diri”
Wakil BPN Prabowo-Sandi Hinca Pandjaitan mengapresiasi hasil survei tersebut meskipun dalam survei internal yang dilakukannya, Prabowo-Sandi masih tetap unggul. Menurutnya masih ada waktu dua minggu untuk mengubah jalannya permainan. Menurutnya apapun bisa terjadi, termasuk swing dan undecided voters yang melabuhkan pilihannya kepada Prabowo-Sandi pada 17 April nanti.
“Apakah dua minggu yang akan datang masih akan ada perubahan? Dalam sepak bola, meskipun lawan sudah unggul di dua babak itu, jangan pernah anggap hasil akhir telah berakhir sebelum peluit akhir ditiupkan, di detik-detik terakhir selalu saja ada yang kita sebut gol bunuh diri. Gol bunuh diri ini saya persepsikan dengan kesalahan-kesalahan yang terjadi yang dapat mempengaruhi pemilih untuk pindah atau mengubah pilihannya yang tadi dijelaskan oleh indikator yang disebut swing dan undecided voters, dan itulah yang akan menentukan dua minggu ke depan ini,” ujar Hinca.
Survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka di lapangan, antara tanggal 22 – 29 Maret 2019. Populasi survei diambil secara random atau multi-stage random sampling dari seluruh wilayah di Indonesia dengan batas usia mulai 17 tahun, yang totalnya menjadi 1.220 dan digunakan sebagai sample basis. Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar kurang lebih 2,9 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen. (gi/em)