China mengatakan, Selasa (15/9), para pengamat Uni Eropa bisa mengunjungi Xinjiang untuk benar-benar memahami situasi di sana, di mana Beijing dituduh melakukan pelanggaran HAM secara luas terhadap kelompok minoritas Uighur.
Pernyataan China itu muncul menyusul meningkatnya tekanan internasional terhadap Partai Komunis yang berkuasa di China untuk menjelaskan tindakan-tindakan mereka di kawasan barat laut China yang kaya sumber daya alam itu.
Uni Eropa, Senin (14/9) mendesak China untuk mengizinkan para pengamat independennya memasuki Xinjiang. Blok tersebut mensyaratkan perbaikan catatan HAM jika Beijing ingin melangsungkan perdagangan dan mencapai kesepakatan investasi pada masa depan dengan Uni Eropa.
"Uni Eropa telah mengungkapkan keinginan mereka untuk mengunjungi Xinjiang. China telah setuju dan bersedia mengatur rencana itu,” kata Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China kepada wartawan.
China sebelumnya menolak seruan-seruan untuk memberi akses ke Xinjiang, dan juru bicara itu tidak mengukuhkan apakah para pengamat Uni Eropa itu akan diizinkan bebas bergerak di Xinjiang.
Kelompok-kelompok HAM mengatakan, lebih dari sejuta warga Uighur dipaksa masuk kamp-kamp rehabilitasi di Xinjiang. Hak-hak kelompok minoritas Muslim itu dilanggar secara mengerikan. Namun Beijing menggambarkan, kamp-kamp di Xinjiang sebagai pusat-pusat pelatihan keterampilan untuk mengentaskan kemiskinan di kalangan warga Uighur sekaligus bagian dari upaya menghapus pandangan-pandangan radikal Muslim.
China mengatakan, kecaman internasional mengenai apa yang dilakukannya di Xinjiang bermotif politik dan dibangun berdasarkan kebohongan-kebohongan.
Desember lalu China menantang pemain sepakbola Arsenal Mesut Ozil untuk berkunjung ke Xinjiang untuk melihat langsung situasi di sana setelah ia mengecam perlakuan China terhadap Uighur di kawasan itu dan mempersoalkan negara-negara Muslim yang tidak bersedia angkat bicara menentang pelanggaran-pelanggaran HAM di sana. Ozil tidak menanggapi undangan China tersebut. [ab/uh]