Tautan-tautan Akses

Covid-19 Melonjak, California Diperkirakan Perpanjang Perintah Tinggal di Rumah


Kru ambulans menunggu untuk menerima pasien di luar pintu masuk darurat Rumah Sakit Komunitas MLK selama lonjakan kasus Covid-19 di Los Angeles, California, AS 26 Desember 2020. (Foto: REUTERS/David Swanson)
Kru ambulans menunggu untuk menerima pasien di luar pintu masuk darurat Rumah Sakit Komunitas MLK selama lonjakan kasus Covid-19 di Los Angeles, California, AS 26 Desember 2020. (Foto: REUTERS/David Swanson)

California Selasa diperkirakan akan memperpanjang perintah tinggal di rumah untuk warga di dua wilayah utama di negara bagian yang berjuang keras menghadapi lonjakan kasus baru Covid-19.

Gubernur Gavin Newsom pada Senin (28/12) menyatakan jelas bahwa restriksi yang pertama kali diberlakukan tiga pekan silam untuk wilayah San Joaquin Valley dan California Selatan akan diperpanjang karena unit-unit perawatan intensif di berbagai rumah sakit penuh atau hampir penuh. San Joaquin Valley merupakan lokasi sektor pertanian yang penting bagi California, sedang California Selatan mencakup kota-kota besar Los Angeles dan San Diego.

Situasi menjadi semakin mengerikan karena rumah sakit-rumah sakit di wilayah tersebut menolak pasien yang menginginkan perawatan darurat dan mendirikan tenda-tenda sebagai ruang perawatan darurat untuk mengobati pasien Covid-19 yang berlimpah.

California menjadi episentrum terbaru pandemi virus corona di AS. Menurut angka-angka yang dikumpulkan Johns Hopkins Coronavirus Center, negara bagian tersebut mencatat 2.192.694 kasus Covid-19 terkonfirmasi, termasuk 24.419 kematian. Gubernur Newsom, Senin (28/12), memperingatkan bahwa negara bagian itu akan “mengalami lonjakan demi lonjakan, di atas gelombang wabah lainnya” karena banyaknya warga California yang mengabaikan desakan para pakar kesehatan untuk tidak bepergian selama liburan Natal dan Tahun Baru.

Para pejabat AS menyatakan hampir 1,3 juta orang melalui bandara-bandara AS pada hari Minggu (27/12) setelah liburan Natal, tingkat tertinggi perjalanan udara dalam kurun sembilan bulan lebih ini.

Seorang petugas kesehatan dengan alat pelindung diri (APD) memeriksa suhu penumpang di stasiun kereta api, di tengah penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19), di Mumbai, India 27 November 2020. (Foto: REUTERS/Francis Mascarenhas)
Seorang petugas kesehatan dengan alat pelindung diri (APD) memeriksa suhu penumpang di stasiun kereta api, di tengah penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19), di Mumbai, India 27 November 2020. (Foto: REUTERS/Francis Mascarenhas)

India Temukan Kasus Pertama Varian Baru Virus Corona

India adalah negara terkini yang melaporkan temuan varian baru virus corona, yang menurut para ilmuwan jauh lebih menular daripada jenis awalnya. Kementerian kesehatan negara itu menyatakan enam orang yang kembali ke India dari Inggris dalam beberapa pekan ini telah dinyatakan positif terjangkit varian baru virus itu. Enam pasien dan kontak dekat mereka telah diisolasi, dan kementerian menyatakan telah melacak sesama pelancong lainnya.

India telah menghentikan semua penerbangan dari Inggris hingga akhir bulan, bergabung bersama dengan negara-negara seperti Korea Selatan, Finlandia, Jepang dan Arab Saudi.

Sekjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan peningkatan sekuensi genom virus corona setelah varian baru dideteksi di Inggris dan Afrika Selatan.

Sekjen Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam konferensi pers daring hari Senin dari Jenewa bahwa “jika negara-negara memperhatikan dan melakukan tes secara efektifk, maka kita dapat menentukan varian dan menyesuaikan strategi untuk mengatasinya.”

Ia mengatakan WHO bekerja erat dengan para ilmuwan di seluruh dunia untuk “memahami lebih baik lagi setiap dan semua perubahan pada virus” dan dampaknya, dan ia meminta negara-negara agar berbagi informasi genetika dengan WHO dan negara-negara lain.

Pihak berwenang Inggris diperkirakan akan menyetujui vaksin virus corona AstraZeneca. Jika disetujui, vaksin AstraZeneca akan menjadi yang ke-lima yang diluncurkan untuk memberantas virus itu. Hasil tes awal menunjukkan vaksin itu 70 persen efektif mencegah penyakit akibat virus itu, dibandingkan dengan 95 persen efektivitas yang dilaporkan oleh Pfizer dan mitranya dari Jerman BioNTech. Rusia dan China juga mengembangkan vaksin mereka sendiri.

Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan perusahaan farmasi AS Moderna telah setuju untuk memasok 20 juta dosis vaksin baru Covid-19 untuk negara tersebut.Yonhap menyatakan kantor presiden Korea Selatan mengukuhkan persetujuan itu dicapai setelah konferensi video pada hari Senin (29/12) antara Presiden Moon Jae-in dan CEO Moderna Stephane Bancel.

Dunia sekarang ini mencatat tonggak suram dengan 81 juta orang di seluruh dunia yang terjangkit virus corona dan 1,7 juta di antaranya meninggal, sebut Johns Hopkins University. AS memimpin di dunia dalam kedua kategori itu dengan 19,2 juta kasus dan lebih dari 334 ribu kematian. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG