Cuaca buruk dan semburan abu vulkanik menghambat upaya-upaya untuk menilai apakah Gunung Anak Krakatau dapat memicu tsunami lainnya yang mematikan. Sementara itu, pihak berwenang Jumat menyatakan pencarian korban di provinsi Banten yang paling parah terimbas tsunami lalu akan berlanjut hingga Januari.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan 426 orang tewas akibat tsunami di Selat Sunda yang menerjang Sumatra dan Jawa tanpa peringatan sebelumnya hari Sabtu lalu. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah daripada yang diumumkan sebelumnya karena ada beberapa korban yang tercatat dua kali. Disebutkan pula bahwa 23 orang belum ditemukan dan lebih dari 40 ribu orang mengungsi.
Ombak tinggi, awan tebal dan erupsi terus menerus telah menghambat upaya-upaya untuk menginspeksi langsung Anak Krakatau. Sebagian gunung tersebut runtuh menyusul erupsi Sabtu pekan lalu yang kemudian memicu tsunami.
Pihak berwenang telah memperingatkan warga di kawasan Selat Sunda agar menjauh hingga jarak satu kilometer dari garis pantai, seraya menyebut alasan kemungkinan tsunami lainnya.
Gegar Prasetya, salah seorang pendiri Pusat Riset Tsunami Indonesia, mengatakan, dampak tsunami yang mungkin muncul akan lebih kecil karena radar satelit memperlihatkan Anak Krakatau kini jauh lebih kecil.
Tsunami pekan lalu menerjang lebih dari 300 kilometer kawasan di sepanjang pantai dengan ketinggian ombak sedikitnya 2 meter. [uh]