Tautan-tautan Akses

Menlu Rusia: Rencana Perdamaian Zelenskyy 'Tidak Mungkin'


Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov terlihat melalui jendela kaca saat menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB ke-79 di markas besar PBB, New York, AS, 28 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/Reuters)
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov terlihat melalui jendela kaca saat menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB ke-79 di markas besar PBB, New York, AS, 28 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/Reuters)

Menteri luar negeri Rusia mengatakan penyelesaian konflik Ukraina tidak mungkin dilakukan kecuali akar penyebab krisis, seperti yang dilihat Moskow, dapat dibabat habis.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menegaskan kembali posisi Kremlin yang menolak pandangan Barat dalam pernyataannya di Sidang Umum Tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Sabtu (28/9). Moskow tidak menunjukkan minat untuk mencapai perdamaian dengan Ukraina.

"Saya tidak akan membahas di sini tentang ketidakrasionalan dan bahaya dari upaya meraih kemenangan melawan negara bersenjata nuklir, seperti Rusia," kata Lavrov.

Pada awal minggu ini, Presiden Rusia Vladimir Putin merevisi doktrin nuklir pemerintahnya sebagai upaya untuk mencegah Barat mencabut larangannya terhadap Ukraina yang memanfaatkan senjata jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia.

Lavrov menepis usulan perdamaian Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang terdiri dari 10 poin. Ia mengatakan hal itu sebagai hal "tidak mungkin.” Ia mengatakan penyelesaian konflik tidak mungkin dilakukan kecuali akar penyebab krisis, seperti yang dilihat Moskow, dapat dibabat habis.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov saat menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB ke-79 di markas besar PBB, New York, AS, 28 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/Reuters)
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov saat menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB ke-79 di markas besar PBB, New York, AS, 28 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/Reuters)

Diplomat veteran itu juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengulangi keluhan tentang Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO, Washington, London, dan Uni Eropa.

Lavrov menyampaikan pidato itu beberapa jam setelah Hizbullah Lebanon mengonfirmasi kematian pemimpin mereka, Sayyed Hassan Nasrallah, akibat serangan udara Israel di Beirut.

"Kami khususnya prihatin dengan praktik pembunuhan politik yang kini hampir menjadi hal biasa, seperti yang sekali lagi terjadi kemarin di Beirut," katanya.

Pada konferensi pers setelah pidato, Lavrov menyatakan kekhawatirannya tentang meletusnya perang regional yang lebih luas.

"Banyak orang mengatakan bahwa Israel ingin menciptakan alasan untuk menyeret Amerika Serikat secara langsung ke dalam hal ini," katanya. "Jadi, untuk menciptakan alasan ini, ia mencoba memprovokasi Iran dan Hizbullah. Jadi, menurut saya, kepemimpinan Iran berperilaku sangat bertanggung jawab, dan ini adalah sesuatu yang harus kita perhatikan."

Perang di Ukraina

Pada Februari 2022, Rusia dan China mendeklarasikan "kemitraan tanpa batas," beberapa hari sebelum Presiden Putin melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina.

Amerika Serikat berulang kali menuduh China membantu perang Kremlin.

"China, yang juga merupakan anggota tetap dewan ini, berperan sebagai pemasok utama peralatan mesin, mikroelektronika, dan barang-barang lain yang digunakan Rusia untuk memperbaiki, mengisi ulang, meningkatkan mesin perangnya, dan mempertahankan agresi brutalnya," ujar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken. Ia menyampaikan hal itu pada Selasa dalam pertemuan tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB mengenai Ukraina yang dihadiri oleh Presiden Zelenskyy.

Beijing membantah tuduhan tersebut dan berusaha untuk menjauhkan diri dari Moskow dalam perang tersebut.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB ke-79 di markas besar PBB, New York, AS, 28 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/Reuters)
Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB ke-79 di markas besar PBB, New York, AS, 28 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/Reuters)

"Prioritas utama adalah berkomitmen untuk tidak memperluas medan perang, tidak meningkatkan pertempuran, dan tidak melakukan provokasi oleh pihak mana pun, dan mendorong de-eskalasi situasi sesegera mungkin," kata Menteri Luar Negeri Wang Yi kepada Sidang Umum Tahunan PBB pada Sabtu (28/9).

Beijing mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memainkan "peran konstruktif" untuk mengakhiri konflik.

China dan 'Dunia Multipolar'

Dalam rangkaian pertemuan tahunan PBB, China dan Brazil membentuk sebuah kelompok yang mereka sebut sebagai kelompok sahabat untuk perdamaian bagi Ukraina. Kelompok tersebut melibatkan beberapa negara lain dari belahan bumi selatan.

Sebagai bentuk keinginan China untuk dapat diakui sebagai kekuatan ekonomi dan politik global, Wang mengatakan hubungan internasional harus "lebih demokratis."

"Sudah lewat masa-masa ketika satu atau dua kekuatan besar mengambil keputusan dalam segala hal," katanya. "Kita harus mendukung dunia multipolar yang setara dan teratur, serta memastikan bahwa semua negara, terlepas dari besar-kecilnya, memiliki tempat dan perannya sendiri dalam sistem multipolar,” ujarnya.

Wang juga menyerukan PBB untuk memberikan keanggotaan penuh bagi Palestina dan mendesak penerapan solusi dua negara.

"Tidak boleh ada penundaan dalam mencapai gencatan senjata yang komprehensif, dan jalan keluar yang mendasar terletak pada solusi dua negara," katanya.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB ke-79 di markas besar PBB, New York, AS, 28 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/Reuters)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB ke-79 di markas besar PBB, New York, AS, 28 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/Reuters)

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertanya kepada majelis bagaimana masyarakat internasional dapat mempercayai pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat bahwa "Israel mendambakan perdamaian."

"Kemarin, saat dia berada di sini, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya di Beirut. Perdana Menteri Netanyahu ingin perang terus berlanjut. Kita harus menghentikannya! Saya ulangi, kita harus menghentikannya! Kita harus menekan Israel untuk kembali ke solusi politik untuk solusi dua negara," katanya yang disambut tepuk tangan meriah.

Menteri luar negeri Arab Saudi juga menyatakan kekhawatirannya tentang stabilitas regional menyusul eskalasi di Lebanon.

"Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menunjukkan kebijaksanaan dan menahan diri guna menghindari pecahnya perang sejati di kawasan ini," kata Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud. [ah/ft]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG