Demonstran berlarian ke sana ke mari di jalan menuju ke Lapangan Tahrir, sewaktu polisi menembakkan gas air mata untuk mengosongkan wilayah itu.
Asap memenuhi alun-alun itu, di mana ribuan demonstran mempertahankan posisi mereka setelah terjadi bentrokan hebat semalam.
Sementara polisi berupaya mengamankan situasi, pemerintahan militer, Dewan Militer Tertinggi (SCAF), adalah penyebab kegusaran demonstran. Mereka marah dengan apa yang mereka pandang sebagai usaha SCAF untuk tetap berpolitik bahkan di bawah pemerintahan sipil dan menempatkan dirinya di atas kewenangan rakyat.
Yusuf, warga yang turut berdemonstrasi di alun-alun itu, mengatakan, “Saya hanya ingin tahu sebabnya mereka melakukan ini. Kami berada di sini hari ini dan kemarin untuk menagih demokrasi dan kami tidak mau militer berkuasa. Kami melakukan revolusi untuk menolak mereka, kami hanya menginginkan demokrasi.”
Dalam beberapa hari belakangan ini, SCAF memperkuat posisi peran militernya pada masa mendatang. Sekarang mereka mengatakan apa yang disebut sebagai usulan Selmi tidak bersifat mengikat.
Pengumuman itu hampir tidak bisa menenangkan massa, yang bertekad akan melancarkan pemberontakan yang telah menggulingkan pemerintahan Hosni Mubarak Februari lalu.
Seorang demosntran mengatakan, “Kami akan melancarkan revolusi lagi. Revolusi ini belum berakhir. Paham? Belum selesai. Revolusi kedua ini tidak sama dengan yang sebelumnya.”
Kekerasan terjadi hanya seminggu sebelum pemilu parlemen pertama diadakan karena pemeberontakan sudah di ambang pintu, dan mengakibatkan munculnya kecurigaan polisi sengaja memancing kerusuhan untuk menunda pemilu itu.
Tetapi tidak semua orang menjelek-jelekkan SCAF. Seorang warga mengatakan, “Rakyat Mesir tidak ada masalah dengan militer. Yang menjadi masalah adalah dewan militer.”
Kekerasan mulai terjadi Sabtu, sewaktu polisi memasuki Tahrir untuk mengosongkan wilayah itu dari ratusan orang yang berkemah di sana setelah terjadi demonstrasi anti-pemerintah hari Jumat. Penumpasan itu menarik ribuan orang datang dari seluruh penjuru ibukota untuk membantu menangkis serangan itu.