Dari Kenya sampai ke Burkina Faso, dan dari Mesir sampai ke Nigeria, kelompok penyayang binatang mengatakan, banyak pedagang terus berusaha memenuhi kebutuhan Cina untuk bahan yang disebut “ejiao” (eh-jii-oo), yang dibuat dari kulit keledai yang direbus.
Ejiao adalah semacam gelatin atau agar-agar yang dikabarkan punya banyak khasiat kesehatan.
Seperti dilansir Associated Press, berkurangnya populasi keledai di China telah mendorong para produsen ejiao untuk mencari kulit keledai dari tempat-tempat yang jauh, seperti Afrika, Australia dan Amerika Selatan. Perburuan itu mengancam populasi keledai diseluruh dunia dan telah memicu aksi-aksi protes di seluruh Afrika.
Empat belas negara Afrika telah melarang ekspor kulit keledai, menurut kelompok Donkey Sanctuary yang berkantor di Inggris.
Di Kenya, populasi keledai merosot sepertiganya dalam dasawarsa terakhir, dari 1,8 juta menjadi 1, 2 juta ekor saja. Rumah-rumah jagal di Kenya membunuh 1.000 ekor keledai tiap hari supaya bisa mengekspor kulitnya ke China, kata Calvin Onyango, kepala pengembangan Donkey Sanctuary di Kenya.
“Kami tidak punya banyak keledai lagi, dan kebanyakan penduduk tidak mau menjual keledai mereka. Karena itu kini banyak orang mencuri keledai untuk dijagal dan diambil kulitnya,” kata Onyango.
Dari Afrika, kulit-kulit keledai itu diangkut ribuan kilometer ke Cina, dan kebanyakan akhirnya tiba di Kota Dong’e, di bagian timur Cina, tempat pembuatan sebagian besar ejiao.
Sepanjang jalan ke Dong’e, poster-poster dan baliho besar mengiklankan kemanjuran ejiao.
“Makan ejiao supaya umur panjang, Turunkan berat badan dan Tingkatkan energi!” kata sebuah iklan yang dipasang di dinding sebuah hotel. [ii]