Sementara kekerasan dan krisis kemanusiaan di Timur Tengah semakin memburuk, serta sikap agresif Rusia dan China masih terus mengancam kepentingan Amerika, menteri luar negeri berikutnya akan menghadapi banyak tantangan global.
Senator Ben Cardin, Demokrat dari Maryland mengatakan, "Saya rasa menteri luar negeri harus menguasai situasi global, harus prihatin dengan semua bagian dunia, tantangan masing-masing, komitmen pada nilai-nilai Amerika, dan bagi saya ini adalah nilai-nilai universal dari pemerintahan yang baik, sikap anti korupsi, dukungan untuk HAM, serta menyadari peran Amerika sebagai pemimpin dunia, dan bahwa keterlibatan kita sangat penting."
Tetapi diplomat top Amerika juga harus memperhatikan tuntutan-tuntutan dalam negeri.
Charles Stevenson, analis dari Johns Hopkins University mengatakan, "Menlu selalu bekerja berdasarkan arahan dari presiden. Jadi dari segi hukum dan tradisi, menlu adalah agen dari presiden, dan bukan tokoh yang independen."
Sebuah tinjauan kebijakan luar negeri menyeluruh diantisipasi akan dilakukan. Beberapa pakar kawasan merekomendasikan sebuah pendekatan berbeda guna menanggapi ancaman provokasi Korea Utara. Salah satunya adalah Harry Kazianis dari LSM the National Interest.
"Ada manfaatnya kalau kita cermati komunkasi informal dengan Korea Utara, dan menilai dimana mereka berada, bagaimana suhunya, dan paling tidak mulai berbicara. Karena sangat sulit menyelesaikan masalah hubungan internasional dengan negara-negara yang tidak bersahabat dan kita tidak punya hubungan dengan mereka," jelasnya.
Sementara presiden terpilih Trump berjanji akan mengutamakan Amerika, analis mengatakan, menlu berikutnya harus memberi jaminan kepada sekutu-sekutu Amerika bahwa Washington tetap berkomitmen pada isu-isu utama. [jm]