Duta Besar Irak untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan, Selasa (17/2), bahwa para militan Negara Islam (ISIS) mungkin menyelundupkan organ-organ tubuh manusia untuk membantu mendanai kampanye terornya.
Dalam penjelasan di Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Mohamed Ali Alhakim mengatakan ISIS melakukan kejahatan-kejahatan paling serius melawan rakyat Irak dari semua latar belakang suku dan agama.
"Hal-hal ini adalah kejahatan genosida yang dilakukan melawan kemanusiaan dan harus dipertanggungjawabkan di depan mahkamah internasional," ujarnya.
Banyak dari kejahatan yang dilakukan ISIS telah didokumentasikan dengan baik, seringkali oleh kelompok tersebut. Namun dalam dugaan baru yang mengejutkan, Alhakim mengatakan ia memiliki laporan-laporan bahwa militan-militan ISIS berjualan organ tubuh manusia.
Duta Besar itu mengatakan pada wartawan bahwa pemerintah Irak menemukan bukti kemungkinan perdagangan organ dalam beberapa minggu ini di kuburan-kuburan massal dangkal yang masing-masing berisi 10 sampai 20 mayat.
"Beberapa mayat itu dibunuh oleh peluru, lainnya dengan pisau. Namun ketika melihat bagian punggung hilang dan ginjal-ginjalnya hilang, kita jadi bertanya-tanya apa itu," ujarnya.
Ia mengatakan ISIS memiliki akses ke bandar-bandar udara di Mosul dan kota Aleppo di Suriah, tempat mereka dapat mengirim organ-organ itu ke makelar dan pembeli internasional.
Diplomat itu juga menduga dalam beberapa minggu terakhir ini militan-militan ISIS telah mengeksekusi sedikitnya selusin dokter di Mosul karena mereka menolak mengambil organ-organ dari para korban.
Duta Besar PBB untuk Irak, Nickolay Mladenov, mengatakan pihaknya telah melihat laporan-laporan mengenai perdagangan organ namun tidak dapat mengukuhkannya tanpa investigasi lebih jauh.
Laporan-laporan semacam itu sulit dikukuhkan, terutama karena sepertiga wilayah Irak dikuasai militan-militan itu.
Klaim-klaim serupa muncul lima tahun juga terkait kemungkinan perdagangan organ selama Perang Balkan di akhir 1990an. Dugaan-dugaan muncul bahwa Tentara Pembebasan Kosovo memiliki pusat-pusat penahanan di sepanjang perbatasan Albania dengan Kosovo, dimana para tahanan, termasuk orang-orang Serbia, dibunuh dan organ-organnya dijual di pasar gelap. Dugaan-dugaan itu tidak pernah dibuktikan.