Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim, Rabu (1/9) secara virtual di Jakarta meluncurkan “Buku Bahan Pengajaran ASEAN Bagi Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia.”
Kedua kementerian bekerja sama dengan dalam proses penyiapan buku bahan pengajaran tentang ASEAN (Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara). Buku ini menjadi bentuk realisasi perjanjian kedua kementerian untuk menyatukan pembelajaran politik luar negeri bagi pelajar di Indonesia.
Retno menekankan pentingnya menanamkan pemahaman mengenai ASEAN bagi masyarakat Indonesia sejak usia dini.
Berdasarkan hasil survei ISEAS di sepuluh negara ASEAN pada Februari lalu, sebanyak 38,7 persen responden menilai ASEAN masih bersifat elitis dan jauh dari masyarakat. Khusus untuk Indonesia, angkanya lebih tinggi di atas rata-rata yaitu 49,6 persen. Namun survei yang sama menunjukkan mayoritas responden masih menganggap ASEAN tetap relevan.
Dari sisi pengaruh kekuatan ekonomi di kawasan, ASEAN menempati posisi kedua setelah China, mengungguli Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dalam aspek politik dan strategis, ASEAN berada di urutan ketiga setelah China dan Amerika.
Melihat dari survei ISEAS tersebut, lanjut Retno, masyarakat masih melihat ASEAN sebagai kekuatan penting di kawasan dan dunia. Namun di saat yang sama, masih terdapat kesenjangan pemahaman yang tinggi mengenai ASEAN, termasuk di Indonesia.
"Saya sangat mengapresiasi penyusunan buku bahan pengajaran ASEAN sebagai salah satu upaya kita mengenalkan ASEAN secara dini kepada generasi muda. Generasi muda harus mengenal ASEAN. Generasi muda harus bangga terhadap identitas komunitas ASEAN. Generasi mudalah yang akan menentukan arah dan corak kawasan ASEAN di masa depan," kata Retno.
ASEAN saat ini beranggotakan sepuluh negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Laos, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja.
Retno menegaskan masyarakat Asia Tenggara harus bersyukur karena adanya ASEAN tidak terjadi konflik terbuka di kawasan. Sebab ASEAN selalu berupaya menyelesaikan segala ketegangan dengan cara damai. Karena ASEAN pula, negara-negara di Asia Tenggara menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia.
"Forum Ekonomi Dunia dalam laporannya memproyeksikan di tahun 2030, ASEAN akan menjadi ekonomi keempat terbesar di dunia dengan PDB (produk domestik bruto) senilai US$ 4,5 triliun. ASEAN terus mendorong kerjasama ekonomi yang bebas, adil, dan tidak diskriminatif," ujar Retno.
Masa Depan ASEAN
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menggarisbawahi masa depan Indonesia dan ASEAN bergantung pada pelajar yang cerdas dan berkarakter. Ditambahkannya, “Buku Bahan Pengajaran ASEAN Bagi Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia” – yang memuat lima tema utama – akan membantu menciptakan merdeka belajar.
"Antara lain mengenal ASEAN (dan) apa itu ASEAN, menghargai identitas dan keragaman, mengaitkan isu global dan isu lokal yang koneksinya semakain kuat di amsa depan, mendorong kesamaan dan keadilan, dan juga bekerjasama untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan," tutur Nadiem.
Nadiem mengatakan buku tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan guru mengenai ASEAN dan menyebarkan pengetahuan serta keterampilan dan membangun perilaku positif pelajar tentang ASEAN. Tanpa kolaborasi dengan negara-negara tetangga, Indonesia akan sulit tampil di panggung dunia. [fw/em]