Minggu ini Perancis merayakan hari besar Kristen, Hari Semua Orang Kudus. Perancis adalah negara yang secara tradisional Katolik dan walaupun banyak warga Perancis saat ini tidak lagi terlalu religius, mereka belum pulih dari serangan dua kali berturut-turut yang menargetkan gereja. Pertama, serangan pisau di Nice yang menewaskan tiga orang, dan serangan kedua adalah penembakan pada hari Sabtu yang menarget seorang pendeta Ortodoks Yunani di gerejanya di kota Lyon.
Media Perancis melaporkan pihak berwenang telah menangkap lebih banyak orang terkait dengan serangan di Nice, yang digambarkan oleh Presiden Emmanuel Macron sebagai tindakan terorisme. Tersangka utama, imigran Tunisia Ibrahim Issaoui, masih dirawat di rumah sakit karena tembakan polisi.
Penyelidik Tunisia dan Perancis berusaha mengumpulkan informasi mengenai motif Issaoui dan siapa yang mungkin membantunya melakukan penikaman brutal di Basilika Notre Dame di Nice pada Kamis pagi itu. Dia tampaknya baru tiba di Perancis beberapa hari sebelumnya.
Sementara itu, seorang tersangka lain telah ditangkap dalam penyerangan di Lyon, namun motifnya sejauh ini belum diketahui.
Serangan itu adalah yang terbaru dari beberapa serangan yang melanda Perancis dalam beberapa pekan terakhir, yang tampaknya terkait dengan penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad. Bulan lalu, seorang guru sekolah Samuel Paty dipenggal oleh seorang ekstremis Islamis, karena menunjukkan karikatur itu di kelas dalam diskusi tentang kebebasan menyatakan pendapat.
Umat Islam menganggap kartun itu sangat ofensif, dan publikasi ulangnya — bersama dengan pembelaan Presiden Macron atas hak untuk menerbitkannya demi kebebasan berekspresi — telah menyebabkan protes dan boikot di beberapa negara Muslim.
Dalam wawancara dengan jaringan televisi Al Jazeera, Presiden Macron mengatakan dia mengerti orang bisa dikejutkan oleh kartun itu, tapi itu tidak membenarkan kekerasan fisik. Dia mengatakan dia akan selalu membela kebebasan berekspresi di Perancis.
Perancis telah melewati beberapa serangan teroris Islamis dalam beberapa tahun terakhir, termasuk serangan di Paris tahun 2015 dan serangan di Nice tahun 2016. Kini, sekali lagi, peringatan keamanan nasional Perancis berada pada tingkat tertinggi. Negara itu juga memberlakukan PSBB sebagai tanggapan atas krisis terpisah dalam pandemi virus corona.
Di Nice, di mana karangan bunga bertumpuk di depan Basilika Notre Dame, penduduk mengatakan kepada radio Perancis bahwa mereka merasa tidak aman.
Serangan tersebut juga memicu perdebatan tentang pertahanan kuat Perancis terhadap sekularisme dan seberapa jauh kebebasan berekspresi harus diterapkan. Komunitas Muslim di negara itu khawatir mereka akan distigmatisasi.
Pada hari Senin, anak-anak kembali ke sekolah setelah liburan selama dua minggu. Sekolah-sekolah di seluruh Perancis akan mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang kematian tragis guru Samuel Paty yang dipenggal kepalanya. [lt/jm]