Pelaksana tugas Direktur Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu, Sulawesi Tengah, drg. Herry Mulyadi mengungkapkan dua pasien terkonfirmasi positif virus corona telah meninggalkan ruang perawatan tanpa izin pada Kamis, 2 Juli 2020. Salah seorang pasien bernama Syahril (40) disebut pernah melarikan diri dari ruang perawatan namun berhasil ditemukan kembali oleh tim pemantau kota Palu. Herry Mulyadi menyebutkan sehari sebelumnya pasien itu mengeluhkan perawatan yang lama dan ingin segera kembali ke kampung asalnya di Takalar, Sulawesi Selatan.
“Kali ini kembali saudara Syahril meninggalkan rumah sakit Anutapura tanpa izin. Sehari sebelumnya, kemarin sore (1/7) itu diberitahu bahwa hasil swab terakhir beliau masih positif. Kemudian kedua ini bersamaan saudara Razak (59) juga meninggalkan kota Palu dalam posisi dirawat di ruang isolasi asrama haji. Hasil swab terakhir dia positif juga,” jelas Herry Mulyadi dalam pernyataan di YouTube Kominfo Kota Palu (2/7).
Herry Mulyadi mengakui, dengan meninggalkan ruang perawatan, kedua pasien itu dapat menularkan virus corona ke orang lain. “Oleh karena itu kami berharap kepada masyarakat untuk waspada, kedua beliau ini adalah pasien, tapi pasien yang dalam kondisi bisa berakibat menularkan kepada orang lain,” imbau Herry Mulyadi
Upaya pencarian masih dilakukan untuk menemukan kembali kedua pasien itu termasuk dengan menghubungi keluarga mereka. Dia berharap agar kedua pasien itu selama berada di luar tetap menggunakan masker serta menghindari kontak dekat dengan orang lain, serta mau kembali melanjutkan perawatan hingga benar-benar pulih dari virus corona.
Dokter Marwan Neno Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Poso kepada VOA (3/7) mengatakan sejak mendapatkan informasi mengenai dua pasien yang meninggalkan ruang perawatan tanpa izin itu, pihaknya segera mengambil langkah untuk memperketat pengawasan di perbatasan. Kabupaten Poso berupaya kuat untuk mencegah tidak ada lagi kasus baru setelah 14 kasus positif virus corona di daerah itu seluruhnya telah pulih.
“Yah jelas informasi itu kami koordinasikan tetap di setiap perbatasan-perbatasan ada pendataan pengecekan KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan lain sebagainya. Antisipasi itu kita lebih perketat di pintu penjagaan masuk keluar,” kata Marwan Neno, sewaktu dihubungi dari Palu.
Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palu, Mutmainah Korona, mengatakan kasus itu perlu menjadi bahan evaluasi. Ia mengatakan, tak sedikit pasien yang harus menjalani perawatan, tapi juga memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka.
“Masyarakat kadang kita tanya dia lebih memilih mati karena Covid daripada keluarganya kelaparan. Nah ini harus dicek, di-tracking betul, bila perlu ada kesepakatan antara pemerintah kota dengan pasien dan pemerintah itu harus punya kebijakan khusus, perhatian khusus untuk keluarga-keluarga yang memang mereka ini adalah orang yang harus dirawat,” jelas Mutmainah Korona.
Dengan dukungan pemerintah untuk membantu perekonomian keluarga, menurut Mutmainah pasien bisa terfokus pada upaya untuk menjalani perawatan tanpa terbebani tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. [yl/ab]