Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad ats-Tsani akan melawat ke Indonesia pada 17-18 Oktober. Selain membahas kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan, kedua negara juga akan membahas kerjasama di bidang kesehatan, pemuda dan olahraga, kebudayaan, dan transportasi udara.
Tahun ini Indonesia kedatangan dua pemimpin dari Timur Tengah. Setelah lawatan resmi Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Maret lalu, pekan depan Jakarta akan menyambut kedatangan Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad ats-Tsani.
Ini merupakan kunjungan balasan setelah Presiden Joko Widodo melawat ke Qatar pada September 2015 yang merupakan rangkaian dengan kunjungan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Dalam jumpa pers mingguan di kantornya, Jumat (13/10) Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Sunarko menjelaskan rencana kedatangan Syekh Tamim sebenarnya sudah disusun sejak lama. Pemerintah menyambut positif lawatan kenegaraan Syekh Tamim sebagai bentuk komitmen kedua negara yang telah menjalin hubungan diplomatik sejak 41 tahun lalu.
Ditambahkannya, kedatangan Syekh Tamim ke Indonesia semakin mengukuhkan komitmen kedua negara untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang.
Sunarko mengatakan Syekh Tamim akan tiba di Jakarta pada 17 Oktober malam, dan diterima Presiden Joko Widodo di Istana Bogor pada 18 Oktober.
"Hal ini mengingat Qatar merupakan satu negara dengan potensi ekonomi cukup besar dengan kemampuan dan kapasitas energi cukup besar. Ini semua merupakan satu hal yang perlu kita tingkatkan dan kita kerja samakan," kata Sunarko.
Menurut Sunarko, Syekh Tamim akan datang bersama rombongan 43 pengusaha dari berbagai sektor, termasuk energi, perdagangan, dan keuangan. Itulah sebabnya selain mengadakan pembicaraan bilateral, akan dilangsungkan pula pertemuan bisnis antara pengusaha Qatar dan Indonesia, yang menurut rencana akan diselenggarakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
Secara khusus pejabat kedua negara juga akan membahas kerja sama di bidang kesehatan, pemuda dan olahraga, kebudayaan, dan transportasi udara.
Qatar sudah menanamkan investasi pada proyek pembangkit tenaga listrik, yaitu Nebras Power yang akan bekerjasama dengan pengelola pembangkit di Jawa-Bali untuk pengadaan listrik untuk Sumatera bagian utara.
Indonesia juga ingin mendapat pasokan gas dari Qatar dengan harga lebih menarik guna memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri.
Pada kesempatan yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menjelaskan nilai perdagangan antara Indonesia dan Qatar tahun lalu mencapai US$ 900 juta.
"Beberapa produk yang menjadi ekspor kita ke sana termasuk otomotif, furnitur, tekstil, sepatu, plastik, dan onderdil otomotif. Sedangkan impor kita dari Qatar sebagian besar adalah minyak," kata Arrmanatha.
Arrmanatha menambahkan warga negara Indonesia yang menetap di Qatar berjumlah sekitar 30 ribu orang. Mereka umumnya pekerja profesional.
Dalam pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Syekh Tamim, lanjut Arrmanatha, juga akan dibahas berbagai isu regional di Timur Tengah dan di Asia Tenggara. Indonesia sebelumnya menyatakan siap membantu bila diminta untuk menyelesaikan krisis diplomatik antara Qatar dengan sejumlah negara Arab tetangganya.
Kunjungan Syekh Tamim ini berlangsung tujuh bulan setelah lawatan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz ke Indonesia. Kedatangan Emir berumur 37 tahun itu terjadi di situasi yang sensitif karena hubungan Qatar dengan beberapa negara Arab tetangganya memburuk.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir memutus hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni lalu, dengan alasan Qatar mendukung terorisme. Arab Saudi, UEA, dan Bahrain juga memberlakukan blokade darat, laut, dan udara setelah Qatar menolak 13 syarat normalisasi hubungan. [fw/em]