Uni Emirat Arab pada hari Senin (17/7) membantah telah membobol kantor berita pemerintah Qatar. Sementara pejabat di Doha menyatakan percaya pada sebuah laporan yang melibatkan Abu Dhabi dalam insiden tersebut, dan memicu krisis diplomatik di Teluk Mei lalu.
Harian AS Washington Post melaporkan hari Minggu bahwa pejabat intelijen Amerika menyadari minggu lalu bahwa UEA mendalangi peretasan kantor berita dan situs media sosial pemerintah Qatar, memuat kutipan tentang emir Qatar yang tidak benar. Menteri luar negeri UEA Anwar Gargash membantah laporan tersebut.
"Tentu saja tidak, tentu saja tidak, dan saya pikir kedutaan kami di Washington telah mengajukan penyangkalan ini, dan saya pikir ini adalah krisis dan banyak desa-desus, banyak berita dan cerita palsu."
Di sisi lain, kantor komunikasi pemerintah Qatar mengatakan laporan tersebut "dengan tegas membuktikan bahwa kejahatan peretasan itu terjadi." Laporan tersebut mengatakan tidak jelas apakah Abu Dhabi melakukan peretasan itu sendiri atau mengontrak pihak lain untuk melakukannya.
Departemen Luar Negeri AS belum mengomentari laporan tersebut, dengan alasan mereka tidak mengomentari masalah intelijen. Kutipan yang salah itu menyatakan emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad al-Thani pada akhir Mei menyebut Iran sebagai "kekuatan Islam" dan memuji organisasi Hamas Palestina.
Sejak peretasan 24 Mei itu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir menuduh Qatar mendukung terorisme dan mengajukan 13 tuntutan kepada Doha setelah memutuskan hubungan diplomatik pada awal Juni. Doha menolaknya dengan alasan tuntutan itu merusak kedaulatannya.
Tuntutan itu antara lain meminta Qatar menutup jaringan berita Al Jazeera, memutuskan hubungan dengan kelompok-kelompok Islam seperti Ikhwanul Muslimin, membatasi hubungannya dengan Iran dan mengusir pasukan Turki dari wilayahnya. [as]