Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menunjukkan sikap mendua hari Jumat (12/5), dan mengatakan pertemuannya dengan Presiden Trump minggu depan mungkin akan menandai “permulaan baru” dalam hubungan antara kedua sekutu NATO itu, yang belakangan ini saling bertentangan karena masalah Suriah.
Erdogan memperingatkan bahwa keputusan Amerika untuk mempersenjatai kelompok Kurdi Suriah untuk menyerang benteng ISIS di Raqqa telah merusak hubungan strategis antara Turki dan Amerika.
Ia juga memperingatkan bahwa pasukan Turki akan terus melanjutkan operasi militer melawan milisi-milisi Kurdi bukan hanya di Irak, tapi juga yang bermitra dengan pasukan Amerika di Suriah utara.
Pernyataan pemimpin Turki itu, menjelang keberangkatan dari bandara Ankara, lebih lunak daripada yang disampaikannya sebelum ini, setelah para pejabat Turki mengecam Amerika dan memperingatkan akan adanya konsekuensi gawat kalau terus mempersenjatai kelompok Kurdi Suriah.
“Amerika masih berada dalam masa transisi, dan karenanya kita harus lebih berhati-hati dan peka,” kata Erdogan.
Turki khawatir bahwa menguatnya kelompok Kurdi di Suriah akan menyemangati kelompok separatis Kurdi di Turki, dan senjata yang dipasok Amerika bagi kelompok itu nantinya akan jatuh ketengan partai pekerja Kurdistan atau PKK yang terlarang. [ii]