Kelompok-kelompok di Libya barat meragukan pembicaraan di Paris hari Selasa (29/5) yang bertujuan membuka jalan bagi pemilu di negara yang terpecah itu, khawatir bahwa pertemuan itu bisa menguntungkan saingan mereka yang berbasis di Libya timur, komandan Khalifa Haftar.
Libya terpecah menyusul pemberontakan yang didukung NATO tahun 2011 yang menggulingkan Muammar Gaddafi, dan sejak tahun 2014 terpecah menjadi faksi-faksi politik yang bersaing dan militer yang berbasis di Tripoli dan Libya timur.
PBB berusaha memimpin upaya menyatukan kembali negara kaya minyak tersebut dan menyelenggarakan pemilu nasional.
Pertemuan Paris itu akan mencakup Haftar, Perdana Menteri Tripoli Fayez Seraj, dan para pemimpin dewan-dewan parlemen yang bersaing, dan mendesak mereka untuk menyetujui prinsip-prinsip umum untuk mengakhiri krisis Libya, ujar seorang pejabat Prancis.
Dewan Negara Tripoli, satu dari dua majelis Libya yang bersaing, memilih mengirim delegasi ke perundingan itu, tetapi juga mengeluarkan serangkaian tuntutan termasuk gencatan senjata segera di Derna, kota di Libya timur, dan pencabutan pengepungan di sana oleh Libya National Army (LNA), pimpinan Haftar.
LNA meningkatkan kampanyenya di Derna awal bulan ini dan bentrokan berlanjut di sana pada hari Senin. [ka/ds]