Filipina mengatakan, Rabu (21/12), pihaknya "sangat prihatin" atas laporan bahwa China telah mulai mereklamasi daratan kosong di Laut China Selatan yang disengketakan.
Bloomberg melaporkan, Selasa, mengutip gambar satelit dari pejabat AS, bahwa formasi daratan baru telah muncul di sekitar Kepulauan Spratly yang diperebutkan di laut itu, di mana sebuah kapal China dengan ekskavator hidrolik terlihat beroperasi selama bertahun-tahun.
Reklamasi adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperluas daratan.
"Kami sangat prihatin karena kegiatan seperti itu bertentangan dengan Deklarasi Perilaku di Laut China Selatan yang menekankan pada sikap menahan diri dan Keputusan Pengadilan Arbitrase pada 2016," kata Kementerian Luar Negeri Filipina, Selasa malam.
Beijing mengklaim hampir semua jalur air yang kaya sumber daya alam itu, yang dilalui perdagangan bernilai triliunan dolar setiap tahunnya. Sebagian wilayah perairan itu sebetulnya juga diklaim oleh Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.
China mengabaikan putusan pengadilan yang didukung PBB pada 2012 yang pada intinya menyatakan bahwa klaim Beijing tidak berdasar.
Dalam beberapa tahun terakhir, China bahkan telah membangun pulau-pulau buatan di atas terumbu karang di perairan yang disengketakan itu, dan juga telah membangun fasilitas militer dan lapangan terbang.
Filipina telah berulang kali menuduh garda pantai dan milisi maritim China melecehkan dan menyerang kapal-kapal penangkap ikannya dan kapal-kapal lainnya.
Di Spratly, China menempati setidaknya tujuh pulau dan bebatuan. Beijing memiliterisasinya dengan landasan pacu, pelabuhan, dan sistem radar.
Laporan Bloomberg mengatakan reklamasi baru sedang berlangsung di pulang-pulau karang bernama Eldad, Whitsun, Sandy, dan Lankiam. Yang terakhir terletak sekitar 13 kilometer dari timur laut Pulau Loaita yang diduduki Filipina dan 53,3 kilometer dari Karang Subi yang dikuasai China.
Sekitar 450 kilometer di sebelah timur pulau karang Lankiam adalah pulau Palawan, daratan besar terdekat yang berada dalam wilayah Filipina.
Di Beijing, juru bicara kementerian luar negeri China Mao Ning menyebut laporan itu "sama sekali tidak berdasar".
"Tidak mengambil tindakan terhadap pulau tak berpenghuni dan terumbu karang di Laut China Selatan adalah kesepakatan serius yang dicapai oleh China dan negara-negara ASEAN melalui tindakan dan deklarasi oleh masing-masing pihak," katanya merujuk pada 10 anggota blok tersebut.
"Perkembangan hubungan China-Filipina saat ini memiliki momentum yang baik, dan kedua belah pihak akan terus menangani masalah maritim dengan tepat melalui konsultasi yang bersahabat." [ab/uh]
Forum