Filipina menyatakan orang-orang asing ada di antara militan Islamis yang merebut Mindanao, pulau di bagian selatan negara itu, awal pekan ini.
Jaksa Agung Jose Calida, Jumat (26/5) mengatakan, apa yang terjadi di Mindanao sekarang ini bukan lagi pemberontakan warga Filipina, tetapi telah berubah bentuk menjadi invasi pejuang-pejuang asing.
Ia mengatakan warga Malaysia, Indonesia, Singapura dan ‘pejuang-pejuang asing’ lainnya berada di Marawi.
Calida mengatakan para jihadis itu memenuhi seruan mendesak untuk mendirikan sebuah provinsi ISIS di Mindanao.
Pasukan Filipina memasuki Mindanao hari Kamis untuk mulai menyingkirkan militan Islamis di sana. Helikopter-helikopter militer terbang di atas Marawi, sementara tank-tank lapis baja melalui kawasan-kawasan permukiman di tengah-tengah tembakan dan ledakan sporadis. Banyak di antara 200 ribu warga Marawi yang mengungsi.
Krisis di sana dimulai Selasa malam (23/5) sewaktu pasukan Filipina memulai misi untuk menangkap pemimpin militan Isnilon Hapilon, yang diyakini berada di Marawi memulihkan diri dari luka-luka akibat pertempuran sebelumnya.
Serangan itu gagal setelah gelombang militan menyerbu kota itu dan mengamuk, membakar rumah-rumah, sebuah universitas dan gereja-gereja Katolik, serta melakukan penyanderaan, di antaranya seorang rohaniwan dan lebih dari 12 orang lainnya di sebuah katedral. Militer menyatakan sedikitnya 11 tentara dan 31 militan tewas dalam pertempuran.
Presiden Rodrigo Duterte telah menetapkan situasi darurat militer di Filipina Selatan, dan bertekad akan mengambil langkah-langkah keras terhadap militan. Ia juga memperingatkan bahwa ia mungkin akan memperluas pemberlakuan status darurat militer secara nasional. [uh/lt]