Tautan-tautan Akses

Saat Kekhawatiran Meluasnya Konflik di Kawasan, Hizbullah dan Israel Kembali Saling Serang


Tim SAR Israel berada di lokasi yang terkena roket yang ditembakkan dari Lebanon, di Kiryat Bialik, Israel utara, pada 22 September 2024. (Foto: AP)
Tim SAR Israel berada di lokasi yang terkena roket yang ditembakkan dari Lebanon, di Kiryat Bialik, Israel utara, pada 22 September 2024. (Foto: AP)

Militer Israel menyebut telah menyerang sekitar 290 target pada Sabtu (21/9), termasuk ribuan peluncur roket Hizbullah, dan akan terus melakukan serangan yang lebih intens.

Israel dan Hizbullah kembali saling serang pada Minggu (22/9). Pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara paling intens selama konflik yang telah berlangsung satu tahun itu di wilayah selatan Lebanon. Sebagai balasan, Hizbullah menembakkan roket-roketnya ke wilayah utara Israel.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan serangan akan terus berlanjut hingga situasi dinyatakan aman bagi warga yang dievakuasi dari utara Israel untuk kembali ke wilayah itu—membuka babak baru untuk konflik yang panjang karena Hizbullah telah bersumpah untuk bertempur hingga tercapainya gencatan senjata dalam perang paralel di Gaza.

“Dalam beberapa hari terakhir, kami telah melancarkan rentetan serangan ke Hizbullah, yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan video. “Jika Hizbullah belum memahami pesan ini, saya pastikan mereka akan memahami pesannya.”

Konflik yang meningkat tajam selama seminggu terakhir itu berkecamuk sejak Hizbullah membuka front kedua melawan Israel. Mereka menyatakan aksi mereka didasari atas bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang menghadapi serangan Israel di Gaza.

Militer Israel menyebut telah menyerang sekitar 290 target pada Sabtu (21/9), termasuk ribuan peluncur roket Hizbullah, dan akan terus melakukan serangan yang lebih intens.

Israel menutup sekolah-sekolah, membatasi pertemuan di bagian utara wilayahnya, dan memerintahkan rumah sakit-rumah sakit di sana untuk memindahkan pasien dan stafnya ke daerah-daerah yang terlindungi—banyak di antaranya yang memiliki fasilitas yang aman atau fasilitas bawah tanah yang dirancang untuk menahan tembakan roket.

Sirene peringatan serangan udara terus berbunyi di Israel. Sekitar 150 roket, rudal jelajah, dan pesawat tak berawak ditembakkan ke Israel sepanjang malam hingga Minggu (22/9), yang sebagian besar berhasil dicegat oleh pasukan pertahanan udara Israel, termasuk sebuah “serangan udara” yang datang dari arah timur, ungkap pihak militer Israel.

Bangunan-bangunan yang diserang mencakup sebuah rumah yang rusak parah di dekat kota Haifa, Israel. Tim penyelamat merawat korban luka-luka. Belum ada laporan korban tewas. Warga telah diinstruksikan untuk tetap berada di dekat tempat perlindungan bom dan ruangan yang aman.

Hizbullah mengatakan menyerang sebuah barak dan satu posisi Israel lainnya dengan skuadron pesawat tak berawak pada hari Minggu.

Mereka juga menyebut telah meluncurkan roket-roket ke fasilitas-fasilitas industri militer sebagai “respons awal” terhadap dua hari serangan pada pekan lalu, di mana penyeranta (pager) dan protofon (walkie-talkie) yang digunakan oleh para anggotanya meledak.

Serangan-serangan tersebut, yang secara luas diyakini dilakukan oleh Israel, menewaskan 39 orang dan menyebabkan lebih dari 3.000 orang luka. Israel tidak mengkonfirmasi atau membantah keterlibatannya.

Bendera Israel dipasang di dinding bangunan rusak di Kiryat Bialik, Haifa, setelah serangan Hizbullah Lebanon pada 22 September 2024. (Foto: AFP)
Bendera Israel dipasang di dinding bangunan rusak di Kiryat Bialik, Haifa, setelah serangan Hizbullah Lebanon pada 22 September 2024. (Foto: AFP)

Seorang pejabat gerakan Perlawanan Islam di Irak, yaitu kelompok faksi-faksi bersenjata yang didukung Iran, menyatakan mereka meluncurkan rudal jelajah dan serangan pesawat tak berawak peledak ke Israel pada Minggu dini hari sebagai bagian dari “fase baru dalam dukungan kami” terhadap Lebanon.

“Eskalasi di Lebanon berarti eskalasi dari Irak,” kata pejabat tersebut.

Langkah ini akan memicu kekhawatiran bahwa konflik di Gaza dan Lebanon dapat menyebar ke seluruh kawasan tersebut.

Koordinator khusus PBB untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasscharet, menyampaikan dalam sebuah postingan di platform daring X bahwa “dengan wilayah yang berada di ambang bencana yang akan segera terjadi, tidak dapat dipungkiri lagi: TIDAK ADA solusi militer yang dapat membuat kedua belah pihak menjadi lebih aman”. [br/em]

XS
SM
MD
LG