Batas waktu gencatan senjata terbatas selama tujuh jam di Gaza telah berakhir dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertekad melanjutkan serangan terhadap militan Hamas meski seruan dunia bagi gencatan senjata abadi terus meningkat.
Netanyahu hari Senin (4/8) mengatakan upaya pasukan militer Israel untuk menghancurkan terowongan-terowongan yang digunakan Hamas untuk menyimpan senjata dan menyelinap ke Israel hampir berakhir. Tetapi ditambahkannya, serangan selama 28 hari untuk mendemiliterisasi Gaza dan mengakhiri serangan roket Hamas ke negara Yahudi itu baru akan berakhir setelah “tercapai keamanan dan ketenangan cukup lama” bagi warga Israel.
Pertempuran berkurang tetapi tidak berhenti semasa gencatan senjata kemanusiaan yang diumumkan secara sepihak oleh Israel untuk memperbolehkan warga Palestina mendapat akses bantuan dan para pengungsi bisa kembali ke rumah mereka.
Para petugas keselamatan di Gaza mengatakan Israel melancarkan serangan udara mematikan terhadap sebuah kamp pengungsi beberapa saat setelah gencatan senjata dimulai. Para pejabat di Gaza mengatakan serangan udara ke kamp pengungsi Shati itu menewaskan seorang anak perempuan berusia 8 tahun dan melukai 30 lainnya. Militer Israel mengatakan sedang menyelidiki laporan itu, namun menuduh militan Hamas meluncurkan empat roket dari Gaza ke Israel.
Sementara itu, seorang laki-laki Palestina menabrakkan sebuah mesin konstruksi ke sebuah bis di Yerusalem dan menewaskan satu pejalan kaki di dekatnya, dalam insiden yang digambarkan polisi Israel sebagai “serangan teroris”.
Beberapa saat kemudian media Israel melaporkan seorang laki-laki bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak dan melukai seorang tentara Israel sebelum kabur.
Perancis bersama PBB dan Amerika mengutuk serangan udara Israel hari Minggu ke kota Raffah – Gaza Selatan yang menewaskan sedikitnya 10 warga sipil yang mengungsi di kompleks sekolah PBB. Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mempertanyakan, berapa banyak lagi nyawa yang harus dikorbankan “untuk menghentikan apa yang layak disebut sebagai pembantaian di Gaza”.
Militer Israel mengatakan pihaknya menarget tiga tersangka militan di dekat sekolah itu dan menambahkan “sedang menelaah konsekuensi” serangan tersebut.
Beberapa saksi mata mengatakan serangan udara hari Minggu itu terjadi ketika para pengungsi di kompleks sekolah PBB itu sedang antri makanan. Dalam kondisi kacau setelah serangan itu, beberapa mayat – termasuk anak-anak – tampak bergelimpangan berlumuran darah.
Palestina mengatakan serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 1.800 warga Palestina – sebagian besar warga sipil – dan delapan ribu lainnya luka-luka. Sementara Israel mengatakan 64 tentara dan 3 warga sipilnya tewas.