Kelompok gerilyawan etnis Karen membakar sebuah pos militer Myanmar. Jumat (7/5) pagi . Mereka merebut pos itu tanpa perlawanan setelah garnisunnya melarikan diri saat mereka mendekat, kata seorang perwira senior Karen.
Posisi pos tersebut di distrik Mutraw, kira-kira 15 kilometer dari kamp militer yang lebih besar yang diserbu dan dibakar oleh Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) 10 hari lalu.
Video yang diterima Associated Press menunjukkan sejumlah tentara KNLA berada di pos militer U Thu Tah dan sedang memeriksa sejumlah selongsong mortir yang ditinggalkan militer Myanmar. Asap dan api kemudian terlihat setelah mereka membakar pos itu.
"Kemarin pasukan kami melepaskan beberapa tembakan dan hari ini ketika kami mendekati tidak ada seorang pun di sana, jadi kami masuk begitu saja," kata Mayor Jenderal KNLA Ner Dah Mya kepada Associated Press melalui telepon.
Pertempuran antara kelompok gerilyawan Karen dan milter Myanmar sebetulnya telah meningkat sejak tahun lalu, namun kemudian melonjak secara signfikan sejak kudeta militer Februari lalu yang menggulingkan pemerintah sipil terpilih negara itu.
Serikat Nasional Karen telah memperjuangkan otonomi yang lebih besar untuk wilayah tersebut selama beberapa dekade.
Mereka mengecam pengambilalihan pemerintahan oleh militer dan memberikan perlindungan kepada tokoh-tokoh oposisi yang menghindari penangkapan. Selain menghadapi tentara di medan perang, sayap bersenjatanya, KNLA, dilaporkan telah melatih ratusan aktivis muda dari banyak kota mengenai dasar-dasar perang gerilya.
Serangan KLNA menimbulkan kekhawatiran mengenai akan adanya serangan udara balasan dari militer Myanmar dan banjir pengungsi yang mencoba melarikan diri ke Thailand.
Pesawat-pesawat tempur militer Myanmar telah melancarkan sekitar 30 serangan sejak akhir Maret, menarget desa-desa Karen serta posisi-posisi KNLA, menurut kelompok-kelompok bantuan yang aktif di daerah tersebut.
Diperkirakan 50.000 orang telah mengungsi dalam beberapa pekan terakhir untuk menghindari ancaman pemboman udara. Mereka bersembunyi di hutan, gua-gua, dan lembah-lembah.
Beberapa ribu orang menyeberangi Sungai Salween ke Thailand pada April lalu tetapi pulang beberapa jam kemudian. Mereka mengatakan pihak berwenang Thailand memaksa mereka kembali. [ab/uh]