Pihak berwenang Guatemala, Sabtu (3/10), mengatakan telah membubarkan sebuah "kafilah migran" yang bergerak ke utara dari Honduras, menuju ke perbatasan AS. Dikatakannya, lebih dari 3.000 orang pulang lagi ke Honduras dalam beberapa hari belakangan.
Sejak Kamis (1/10), ketika ribuan migran mulai menyeberang ke Guatemala tanpa ijin, pihak berwenang mengatakan sebagian besar telah "memilih untuk pulang" dan dipulangkan ke Honduras naik bus.
Karavan itu terpecah menjadi dua kelompok Jumat (2/10). Satu menuju ke kawasan Peten di Guatemala utara, dan satu lagi ke kota Tapachula di perbatasan Meksiko.
Kelompok yang mengarah ke Guatemala utara menemui penghalang jalan yang dibangun polisi dan tentara. Banyak diantara para migran itu kemudian putar balik.
Beberapa kelompok kecil migran terlihat berjalan kaki di sepanjang jalan raya Sabtu pagi (3/10).
Wakil Menteri Hubungan Luar Negeri Guatemala Eduardo Sanchez menyerukan Honduras untuk menyetop massa migran itu, menyebut mereka sebagai risiko besar di tengah pandemi.
Para migran itu berusaha ke AS karena kemiskinan yang diperburuk dengan banyaknya pekerjaan yang hilang akibat pandemi di Amerika Latin.
Perjalanan mereka dilakukan dua tahun setelah sebuah karavan yang terbentuk tak lama sebelum pemilihan paruh waktu AS dan menjadi isu kampanye. Para migran itu tadinya mendapat dukungan dari masyarakat yang mereka lewati, terutama di Meksiko selatan.
Namun, Meksiko mengerahkan pasukan Garda Nasional dan agen-agen imigrasi untuk mencegat kelompok-kelompok besar migran, setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif terhadap impor Meksiko apabila negara itu tidak membendung arus migran ke perbatasan AS.
Kepala otorita migrasi Meksiko Francisco Garduno mengatakan pekan ini, pemerintah akan mengerahkan ratusan personil militer dan imigrasi ke perbatasan guna mencegah karavan itu memasuki negaranya.
Presiden Meksiko Lopez Obrador mengisyaratkan karavan itu terkait dengan pilpres AS pada 3 November.
“Ada kaitannya dengan pemilu di AS," kata Obrador kepada wartawan. “Saya tak punya semua elemennya, tapi saya pikir ada indikasi bahwa itu dilakukan untuk tujuan tersebut. Saya tidak tahu siapa yang diuntungkan, tapi kami tidak naif."
Pemerintahan Trump mengatakan Kamis (1/10) akan mengijinkan hanya 15 ribu pengungsi masuk ke AS tahun depan.
Kandidat Presiden dari Partai Demokrat Joe Biden telah berjanji untuk menaikkan jatah pengungsi menjadi 125.000, mengatakan menerima orang-orang yang tertindas, konsisten dengan nilai-nilai AS. [vm/ft]