Harga minyak naik dipicu oleh data dari importir minyak terbesar, China, di tengah sepinya aktivitas perdagangan menyongsong akhir pekan perayaan Tahun Baru, Reuters melaporkan, Kamis (28/12).
Memasuki 2018, para pedagang mengatakan pasokan di pasar minyak dalam kondisi ketat karena pemotongan produksi oleh anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen minyak utama dunia, Rusia.
Minyak Amerika West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada harga 59.82 dolar per barel, naik 18 sen dari perdagangan sebelumnya. WTI menembus harga 60 dolar per barel awal minggu ini, untuk pertama kalinya sejak Juni 2015.
Minyak Brent diperdagangkan pada harga 66.68 dolar per barel, naik 24 sen atau 0.4 persen. Brent menembus 67 dolar per barel minggu ini untuk pertama kalinya sejak Mei 2015.
Para pedagang mengatakan harga tinggi terjadi setelah China merilis angka kuoata impor yang cukup kuat untuk 2018, yang diperkirakan bisa memecahkan rekor pembelian oleh negara importir minyak terbesar di dunia.
Pasar minyak makin ketat menyusul pemotongan produksi oleh OPEC dan para produsen minyak lainnya yang sudah berjalan satu tahun sejak Januari 2017 dan dijadwalkan akan diberlakukan lagi sepanjang 2018. [fw/au]