Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan Muslim pada umumnya menjadi korban utama fanatisme, fundamentalisme dan intoleransi, sementara negara itu sedang berusaha mengatasi akibat serangan teroris pekan lalu yang dilancarkan para ekstremis Muslim.
Hollande berbicara di Institut Dunia Arab di Paris yang memiliki misi membangun hubungan yang lebih erat antara Perancis dan dunia Arab. Ia mengatakan, krisis seperti penembakan pekan lalu di majalah satir Charlie Hebdo dapat merusak kepercayaan dan membangkitkan orang-orang untuk mengungkapkan pendapat mereka dengan lebih keras.
Dua belas orang tewas di kantor Charlie Hebdo dan lima lainnya pada dua hari berikutnya di dan sekitar Paris. Kelompok teror al-Qaida di Semenanjung Arab telah mengaku bertanggungjawab atas penembakan di Charlie Hebdo melalui sebuah video yang menurut pemerintah AS otentik.
Hari Rabu, edisi pertama Charlie Hebdo pasca tragedi beredar. Edisi yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad yang sedang menangis disertai tulisan “All is Forgiven” itu terjual habis dengan cepat di Perancis.
Dalam perkembangan lainnya dua upacara pemakaman korban serangan teroris dilangsungkan hari Kamis.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry akan tiba di Paris hari Jumat untuk bertemu dengan Presiden Hollande dan beberapa pejabat lain.