Huawei Technologies, perusahaan teknologi raksasa China yang terjerat dalam sengketa dagang antara Beijing dan Amerika, secara diam-diam membantu Korea Utara membangun jaringan nirkabel komersial dalam beberapa tahun terakhir ini. Berita itu diterbitkan harian The Washington Post hari Senin.
Harian the Washington Post melaporkan, kajian terhadap dokumen internal perusahaan dan sumber-sumber yang dekat dengan operasional Huawei menunjukkan bahwa perusahaan itu bermitra dengan perusahaan milik pemerintah China, Panda International Information Technology, pada sejumlah proyek dengan Korea Utara selama rentang waktu sedikitnya delapan tahun.
The Post, sebutan bagi harian ini, menyebutkan sumber informasinya – terdiri atas perintah kerja terdahulu, kontrak-kontrak, dan tabel data – adalah mantan pegawai Huawei yang menganggap informasi dimaksud dapat menjadi konsumsi publik, namun tidak mau identitasnya disebut karena khawatir akan aksi balasan.
Bantuan Huawei untuk Korea Utara segera menimbulkan pertanyaan apakah perusahaan itu, yang menggunakan teknologi Amerika pada produknya, melanggar ketentuan kendali ekspor Amerika tentang penyediaan peralatan kepada Pyongyang. Rezim komunis yang tertutup itu terus berada di bawah sanksi ekonomi internasional terkait pengembangan senjata nuklirnya dan pelanggaran hak asasi manusia.
Pemerintahan Presiden Donald Trump, mengutip kekhawatiran akan keamanan nasional, memberi sanksi kepada Huawei pada bulan Mei, melarang perusahaan-perusahaan Amerika menjual suku cadang ke Huawei tanpa lisensi khusus karena khawatir produknya dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi intelijen untuk Beijing. China telah menetapkan Huawei sebagai “juara nasional.”
Namun setelah Trump bertemu Presiden China, Xi Jinping pada KTT Ekonomi G-20 di Jepang satu bulan lalu, pemimpin Amerika ini, dalam upayanya memulai kembali pembicaraan dagang dengan China, menyetujui permintaan Xi untuk memperbarui penjualan suku cadang Amerika kepada Huawei, namun menekankan bahwa hal tersebut hanya terjadi jika penjualan dimaksud tidak mengancam keamanan nasional Amerika.
Di luar isu keterlibatan Huawei di Korea Utara, Amerika telah menuduh perusahaan itu menipu bank dan melanggar larangan berdagang dengan Iran. Perusahaan ini mengaku tidak bersalah.
Dalam penyataan, Huawei mengatakan “tidak mempunyai bisnis” di Korea Utara, tetapi menolak menjawab pertanyaan apakah perusahaan ini pernah bekerja di sana.
“Huawei berkomitmen penuh untuk mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku di negara dan wilayah tempat kami beroperasi,” perusahaan itu menyatakan, “termasuk seluruh kendali ekspor serta perundangan dan peraturan terkait sanksi PBB, Amerika, dan Uni Eropa."
Penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, bertemu Senin dengan jajaran eksekutif perusahaan semi-konduktor dan perangkat lunak terkait isu ekonomi, termasuk penjualan produk mereka ke Huawei. Meskipun Trump dan Xi sepakat untuk membuka kembali penjualan yang tidak mengancam keamanan nasional Amerika, Amerika belum merinci penjualan apa yang diizinkan. [pd/ka]