Ikwanul mengatakan pawai yang direncanakan itu merupakan protes atas mereka yang tewas, Rabu (14/8), ketika pasukan keamanan menyerbu dua kamp protes di Kairo.
Aksi kekerasan itu memicu bentrokan di kawasan-kawasan lain di Mesir, termasuk Alexandria dan Suez. Kementerian Kesehatan mengatakan, Kamis, bentrokan itu menewaskan sedikitnya 525 orang dan melukai lebih dari 3.700 lainnya. Ikhwanul Muslimin mengatakan lebih dari 4.500 orang tewas.
Jalan-jalan di Kairo tampak tenang Kamis pagi, menyusul pemberlakuan jam malam baru oleh pihak berwenang sebagai bagian ketentuan negara dalam keadaan darurat selama sebulan.
Pihak berwenang sebelumnya telah memperingatkan selama beberapa hari bahwa mereka akan menindak kamp-kamp protes itu, dimana para demonstran yang dipimpin oleh Ikhwanul Muslimin memrotes militer Mesir dan penggulingan presiden Mohamed Morsi.
Menteri Dalam Negeri Mohamed Ibrahim membela tindakan pasukan keamanan, dengan mengatakan mereka hanya menggunakan kekuatan minimal terhadap kamp-kamp itu dan hanya menembakkan gas air-mata. Ia menyalahkan Ikhwanul atas penciptaan apa yang disebutnya keadaan kekerasan di seluruh negara itu dengan menembaki polisi, menyerang gedung-gedung pemerintah dan membakari gereja-gereja. Namun, para saksi mata mengatakan, pasukan keamanan menggunakan peluru tajam.
Aksi kekerasan itu memicu bentrokan di kawasan-kawasan lain di Mesir, termasuk Alexandria dan Suez. Kementerian Kesehatan mengatakan, Kamis, bentrokan itu menewaskan sedikitnya 525 orang dan melukai lebih dari 3.700 lainnya. Ikhwanul Muslimin mengatakan lebih dari 4.500 orang tewas.
Jalan-jalan di Kairo tampak tenang Kamis pagi, menyusul pemberlakuan jam malam baru oleh pihak berwenang sebagai bagian ketentuan negara dalam keadaan darurat selama sebulan.
Pihak berwenang sebelumnya telah memperingatkan selama beberapa hari bahwa mereka akan menindak kamp-kamp protes itu, dimana para demonstran yang dipimpin oleh Ikhwanul Muslimin memrotes militer Mesir dan penggulingan presiden Mohamed Morsi.
Menteri Dalam Negeri Mohamed Ibrahim membela tindakan pasukan keamanan, dengan mengatakan mereka hanya menggunakan kekuatan minimal terhadap kamp-kamp itu dan hanya menembakkan gas air-mata. Ia menyalahkan Ikhwanul atas penciptaan apa yang disebutnya keadaan kekerasan di seluruh negara itu dengan menembaki polisi, menyerang gedung-gedung pemerintah dan membakari gereja-gereja. Namun, para saksi mata mengatakan, pasukan keamanan menggunakan peluru tajam.