Para ilmuwan mengembangkan vaksin baru untuk mengobati kanker pada leher dan kepala. Vaksin tersebut dilaporkan sangat efektif sebagai semprotan hidung, masuk ke dalam tubuh dalam bentuk cairan yang disemprotkan melalui hidung. Itu adalah salah satu dari sejumlah vaksin untuk melawan kanker yang dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini.
Ketika kanker berkembang dalam tubuh seseorang, pertahanan alami dalam tubuhnya melawan penyakit dengan menyerang sel-sel kanker itu. Tetapi pertahanan alami itu kadang terlalu lemah untuk mencegah perkembangan sel-sel jahat itu.
Karena itu, para ilmuwan berusaha mengembangkan vaksin-vaksin untuk meningkatkan pertahanan alami melawan sel-sel kanker. Dua vaksin yang tampaknya bagus diuji-cobakan pada manusia dengan menargetkan kanker prostat dan metastatic melanoma, jenis kanker kulit yang bisa mengakibatkan kematian.
Vaksin eksperimental lainnya dirancang untuk mengobati tumor yang yang terbentuk pada mucosal tissue atau jaringan mukosa yang terdapat di kepala, leher dan paru-paru dan organ-organ reproduksi. Jaringan itu membentuk cairan yang kental yang mengandung zat kimia kuat yang dalam keadaan normal berfungsi mencegah infeksi. Namun, mereka juga mencegah sel-sel kekebalan yang seharusnya melawan tumor-tumor kanker.
Sekarang, peneliti telah mengembangkan vaksin semprotan hidung yang bisa mematahkan pertahanan ini. Vaksin ini bisa mengaktifkan dan memperkuat sel kekebalan yang disebut sel T CD8+ dalam jaringan tumor.
Peneliti Perancis Eric Tartour memimpin sebuah tim yang mengkaji keefektifan semprotan hidung dalam tumor mukosa pada tikus. Ia mengatakan bahwa tumor-tumor itu terbentuk setelah tikus diinfeksi dengan virus papilloma manusia – virus yang diketahui menyebabkan kanker.
“Tumor itu mengecil. Kita menganalisa tumor ketika sudah kecil. Tumor itu disusupi oleh sel sel kekebalan yang menghancurkannya,” kata Tartour.
Tartour dan timnya membandingkan efektivitas vaksin mereka, baik sebagai semprotan hidung atau sebagai obat suntik. Mereka menemukan vaksin itu bekerja lebih baik dalam bentuk semprotan.
Eric Tartour bekerja pada Universitas Paris Descarte. Ia dan timnya telah mengembangkan vaksin semprotan hidung itu selama lima tahun. Tujuan mereka selanjutnya adalah mengetahui sejauh mana vaksin tersebut bekerja dengan baik melawan tumor yang telah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Laporan tentang semprotan anti kanker itu diterbitkan dalam jurnal Science Translational Medicine.
Ketika kanker berkembang dalam tubuh seseorang, pertahanan alami dalam tubuhnya melawan penyakit dengan menyerang sel-sel kanker itu. Tetapi pertahanan alami itu kadang terlalu lemah untuk mencegah perkembangan sel-sel jahat itu.
Karena itu, para ilmuwan berusaha mengembangkan vaksin-vaksin untuk meningkatkan pertahanan alami melawan sel-sel kanker. Dua vaksin yang tampaknya bagus diuji-cobakan pada manusia dengan menargetkan kanker prostat dan metastatic melanoma, jenis kanker kulit yang bisa mengakibatkan kematian.
Vaksin eksperimental lainnya dirancang untuk mengobati tumor yang yang terbentuk pada mucosal tissue atau jaringan mukosa yang terdapat di kepala, leher dan paru-paru dan organ-organ reproduksi. Jaringan itu membentuk cairan yang kental yang mengandung zat kimia kuat yang dalam keadaan normal berfungsi mencegah infeksi. Namun, mereka juga mencegah sel-sel kekebalan yang seharusnya melawan tumor-tumor kanker.
Sekarang, peneliti telah mengembangkan vaksin semprotan hidung yang bisa mematahkan pertahanan ini. Vaksin ini bisa mengaktifkan dan memperkuat sel kekebalan yang disebut sel T CD8+ dalam jaringan tumor.
Peneliti Perancis Eric Tartour memimpin sebuah tim yang mengkaji keefektifan semprotan hidung dalam tumor mukosa pada tikus. Ia mengatakan bahwa tumor-tumor itu terbentuk setelah tikus diinfeksi dengan virus papilloma manusia – virus yang diketahui menyebabkan kanker.
“Tumor itu mengecil. Kita menganalisa tumor ketika sudah kecil. Tumor itu disusupi oleh sel sel kekebalan yang menghancurkannya,” kata Tartour.
Tartour dan timnya membandingkan efektivitas vaksin mereka, baik sebagai semprotan hidung atau sebagai obat suntik. Mereka menemukan vaksin itu bekerja lebih baik dalam bentuk semprotan.
Eric Tartour bekerja pada Universitas Paris Descarte. Ia dan timnya telah mengembangkan vaksin semprotan hidung itu selama lima tahun. Tujuan mereka selanjutnya adalah mengetahui sejauh mana vaksin tersebut bekerja dengan baik melawan tumor yang telah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Laporan tentang semprotan anti kanker itu diterbitkan dalam jurnal Science Translational Medicine.