Ketika para petani Amerika menuju ladang mereka untuk mulai menanam pada musim tanam tahun ini, mereka menghadapi tantangan baru yaitu, ancaman China untuk mengenakan tarif pada beberapa produk pertanian mereka.
Hal ini merupakan perkembangan terbaru dalam perselisihan perdagangan yang meningkat dan membuat petani cemas saat menyaksikan harga komoditi yang tidak menentu, sebagaimana diproyeksikan oleh Departemen Pertanian Amerika pendapatan pertanian pada 2018 akan mencapai angka terendah selama 12 tahun.
Petani Scott Halpin memasuki sebuah tahun di mana lagi-lagi harga benih dan pupuk mahal, sementara harga jagung dan kedelai hasil pertaniannya jatuh. Halpin mengelola sebuah pertanian diluar kota Morris, Illinois.
"Peralatan pertanian mahal. Tanah juga mahal. Banyak biaya dibutuhkan untuk menanami lahan pertanian," kata Scott Halpin.
Dan kini juga ada ancaman tarif dari China untuk ekspor kedelai AS, sebuah tindakan pembalasan menyusul pemberlakuan tarif atas impor aluminium dan baja dari China dan pertikaian ini bisa berdampak besar pada keuntungan yang diperoleh Scott Halpin.
"Kedelai merupakan setengah dari rotasi penanaman yang kami lakukan. Ini merupakan bagian sangat penting dari operasi pertanian kami di sini," lanjutnya.
Sekarang ada laporan bahwa pembeli di China, konsumen kedelai terbesar di dunia, telah berhenti membeli kedelai dari AS, bahkan sebelum tarif diberlakukan.
"Itu bisa merugikan karena ini akan berlangsung terus. Tampaknya situasi pertanian sekarang tidak menentu," imbuh Scott.
Menurut Departemen Pertanian Amerika atau U.S.D.A., China mengimpor sekitar 63 persen dari total ekspor kedelai dunia dan merupakan pasar ekspor terbesar kedua untuk produk biji-bijian AS.
Phil Flynn, analis pasar pertanian di Price Futures Group, mengantisipasi pertikaian ini tidak berdampak besar pada ekonomi pertanian Amerika.
"Tidak ada banyak tempat di dunia yang bisa menggantikan pasokan kedelai dari Amerika dalam waktu dekat. Dan tarifnya mungkin tidak akan mengubah pola pembelian China, karena pada akhirnya, satu-satunya tempat dari mana mereka bisa mendapatkan kedelai atau tepung kedelai adalah Amerika, bahkan dengan harga yang lebih tinggi," katanya.
Meskipun situasinya tidak menentu, ini tidak akan mengubah rencana keluarga Scott Halpin pada musim tanam ini, namun hal itu tidak bisa dipertahankan pada musim panen berikutnya.
"Harga dan pasar produk pertanian secara dramatis memengaruhi cara kami bertani di ladang," kata Scott Halpin.
Demikian pula halnya dengan cuaca, faktor ketidakpastian lainnya yang harus dihadapi semua petani. [ps/jm]