NEW DELHI —
Kesepakatan-kesepakatan itu akan dirampungkan dalam kunjungan dua hari Menteri Dalam Negeri India, Sushilkumar Shinde, ke Bangladesh yang dimulai pada hari Senin.
Shinde dan mitranya dari Bangladesh, Muhiuddin Khan Alamgir, akan membahas kesepakatan ekstradisi yang akan memungkinkan kedua negara untuk menyerahkan penjahat dalam proses yang sejauh ini dilakukan secara informal.
Bagi India, ini berarti kesempatan untuk menangkap para pemimpin pemberontak dari timur laut negara itu yang menyeberang ke Bangladesh. Bagi Bangladesh, ini berarti bisa mengekstradisi penjahat Bangladesh yang berada dalam tahanan India.
Bharat Karnad, dari Pusat Penelitian Kebijakan India, mengatakan kesepakatan tersebut akan memberikan dorongan lebih lanjut bagi Bangladesh untuk mengawasi wilayahnya di perbatasan. “Mereka akan lebih memperhatikan keprihatinan kami, seperti menangkap pemberontak dan orang lain yang mungkin menyeberang untuk mencari perlindungan, dan Bangladesh akan menolak memberi perlindungan kepada pemberontak dari timur laut itu,” kata Karnad.
Profesor ilmu politik Bangladesh, Ataur Rahman, juga menyambut kesepakatan itu sebagai sebagai langkah positif dalam meningkatkan hubungan kedua negara. Namun, katanya, dalam persepsi masyarakat Bangladesh, penembakan-penembakan yang dilakukan oleh pasukan India terhadap warga sipil Bangladesh yang tak bersenjata yang mencoba untuk menyeberang perbatasan merupakan keprihatinan besar yang perlu ditangani.
"Rakyat tidak sepenuhnya yakin bahwa India akan melaksanakan janji-janjinya. Banyak pekerjaan harus dilakukan dari pihak India untuk memastikan bahwa hubungan kita berada di jalur yang benar dan akan terus berkembang secara positif di masa depan,” ungkap Rahman.
Dalam kunjungan menteri dalam negeri India itu, para pejabat India dan Bangladesh juga akan menandatangani kesepakatan untuk menghapus pembatasan visa bagi pengusaha, mahasiswa dan mereka yang melakukan perjalanan di kedua negara untuk alasan perawatan kesehatan. Satu langkah lagi, kata para analis, yang akan membantu membentuk hubungan yang lebih kuat.
Shinde dan mitranya dari Bangladesh, Muhiuddin Khan Alamgir, akan membahas kesepakatan ekstradisi yang akan memungkinkan kedua negara untuk menyerahkan penjahat dalam proses yang sejauh ini dilakukan secara informal.
Bagi India, ini berarti kesempatan untuk menangkap para pemimpin pemberontak dari timur laut negara itu yang menyeberang ke Bangladesh. Bagi Bangladesh, ini berarti bisa mengekstradisi penjahat Bangladesh yang berada dalam tahanan India.
Bharat Karnad, dari Pusat Penelitian Kebijakan India, mengatakan kesepakatan tersebut akan memberikan dorongan lebih lanjut bagi Bangladesh untuk mengawasi wilayahnya di perbatasan. “Mereka akan lebih memperhatikan keprihatinan kami, seperti menangkap pemberontak dan orang lain yang mungkin menyeberang untuk mencari perlindungan, dan Bangladesh akan menolak memberi perlindungan kepada pemberontak dari timur laut itu,” kata Karnad.
Profesor ilmu politik Bangladesh, Ataur Rahman, juga menyambut kesepakatan itu sebagai sebagai langkah positif dalam meningkatkan hubungan kedua negara. Namun, katanya, dalam persepsi masyarakat Bangladesh, penembakan-penembakan yang dilakukan oleh pasukan India terhadap warga sipil Bangladesh yang tak bersenjata yang mencoba untuk menyeberang perbatasan merupakan keprihatinan besar yang perlu ditangani.
"Rakyat tidak sepenuhnya yakin bahwa India akan melaksanakan janji-janjinya. Banyak pekerjaan harus dilakukan dari pihak India untuk memastikan bahwa hubungan kita berada di jalur yang benar dan akan terus berkembang secara positif di masa depan,” ungkap Rahman.
Dalam kunjungan menteri dalam negeri India itu, para pejabat India dan Bangladesh juga akan menandatangani kesepakatan untuk menghapus pembatasan visa bagi pengusaha, mahasiswa dan mereka yang melakukan perjalanan di kedua negara untuk alasan perawatan kesehatan. Satu langkah lagi, kata para analis, yang akan membantu membentuk hubungan yang lebih kuat.